Pada hari (lupa hari dan tanggal berapa namun seingat saya bulan juni 2011) itu saya diajak pacar saya untuk menemaninya membuat SIM di Polres Sleman. Berangkat dari rumah sekitar Pukul 12:30 WIB dan sampai ditempat tujuan sekitar pukul 13:30. Memasuki halaman POlres sleman saya langsung menuju ketempat parkir yang sudah disediakan, Namun, saya cukup kaget dengan keberadaan tukang parkir yang mengatur keluar masuk kendaraan disana. Tampangnya mirip dengan polisi, Rambut cepak, Sepatu mengkilat, pakaian rapi, Namun dia bukanlah salah satu anggota Polisi disana, melainkan hanya seorang tukang parkir biasa layaknya Tukang parkir dijalan malioboro ataupun tukang parkir di pantai Paris (parangtritis). sayapun langsung berkata dalam hati ” mantap bener yah Polres Sleman, Ada tukang parkir Khusus yang menjaga Motor masyarakat, ini baru bener-bener melayani dan mengayomi…top markotop dah.. “.
Namun ketika sudah memarkirkan motor saya dan diberi karcis parkir saya langsung kaget, jelas tertera dalam karcis tulisan nominal angka Rp. 1.000, Nah lo..kirain tukang parkirnya sudah dibayarin/digaji sama Polres Sleman, Ternyata..oh ..ternyata masyarakat dipunggut juga. dari hal tersebut saya langsung berujar kepada pacar saya ” Beph..di kantor Polisi koq parkirnya bayar yah, memang para penegak hukum dan penjaga keamanan ini sudah gak bisa jaga keamanan dikandang sendiri po, masa kalah sama tukang ronda, masa iya sih polisi bisa nangkap pencuri dikampung sebelah tapi gak bisa nagkap dikandang sendiri ..?” pacar saya hanya nyengir..nyengir, maklum mau ada SIM jadi cuma pasrah aja, Bayar berapa/apa aja manut alias nurut. pada hari itu kebetulan pembuatan SIM itu dilakukan secara bersama-sama, jadi kendaraan masyarakat cukup rame waktu itu. saya hitung kurang lebih 140 motor roda dua dan ada juga yang menggunakan mobil. Dalam pembuatan SIM itu juga sudah melalui calo yang disarankan oleh Salah seorang anggota Polisi untuk menghubunginya (sang calo). Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan SIM pada hari itu Rp. 300.000, itupun dengan proses yang sangat ribet.
masyarakat yang sudah berkumpul dipolres Sleman kemudian disuruh menuju kebalai desa (saya lupa namanya namun masih didaerah Sleman) dipimpin oleh sang calo, dimana disana nanti para pemohon SIM akan diberikan sedikit pengarahan dan materi yang berkaitan dengan lalu lintas. setiba dibalai desa itu saya tidak ikut masuk kedalam gedung, karena suara perut saya sudah tidak karuan ditambah dahaga tingkat tinggi yang melanda kerongkongan. saya langsung menuju kesebuah warung yang menjual Mie Ayam dan Makan. tidak lama saya duduk-duduk diwarung datanglah 2 orang bapak-bapak yang kepalanya sudah tidak punya rambut alias botak dan yang satunya berkumis tebal mirip pak raden. kedua orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah calo yang saya ceritakan diatas tadi yang mengarahkan rombongan pembuat SIM. Banyak hal yang saya dengar dari pembicaraan-pembicaraan mereka termasuk masalah-masalah harga pembuatan SIM dan pendapatannya (uang maupun orang). huhh..kurang ajar nih orang-orang, memang negara ini sudah hancur sekali. tidak masyarakatnya para penegak hukumpun demikian. Penuh dengan Praktik KKN. institusi negara Semua dijadikan lahan duit.
masuk polisi Wani Piro
masuk kantor polisi juga wani piro.
Mungkin itulah sedikit pengalaman saya yang dapat saya bagikan Sore ini. semoga menjadi pelajaran bagi kita semua dan dapat mengambil hikmah dibalik semua yang terjadi dalam kehidupan ini.
Tags:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)