Headlines News :
Home » » Materi Psikologi Observasi

Materi Psikologi Observasi

Written By Unknown on Sunday 23 March 2014 | 23:21

MATERI OBSERVASI
Objek yang dapat diamati yaitu :
a.       Perilaku Verbal:
      Intonasi jelas, jeda, kelancaran, volume suara, artikulasi, vibrasi suara, gaya bicara, dialog/dialek/logat, salah ucap, kebiasaan, mengucap, kota kata, isi pembicaraan atau materi, gagap.
b.      Perilaku non-verbal
      Gerak motorik tubuh, ekspansi wajah, bahasa tubuh, aktivitas, dan isyarat.
c.       Peristiwa / kejadian
      Saat dimana kejadian itu berlangsung. Wisuda, ultah, khitanan, pasca bencana, upacara pernikahan.
d.      Setting. Fisik, waktu, tempat.
      Kapan terjadinya. Waktu: pagi, siang, sore, malam, saat dihalte. Tempatnya, dikelas, mall atau di lapangan.
e.       Interaksi Individu
      Berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan subyek yang ingin diamati.
Menurut Azwar (2001),  materi observasi tidak dapat bisa di lepaskan dari scope dan tujuan dari pada penelitian yang hendak dilakukan, perlu sekali observer memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan (observation guide)  dan tidak terlalu insindental pada observasinya, dibawah ini adalah contoh kerangka faktor-faktor yang dapat diobservasi (observation guide) secara partisipant beserta ciri-ciri tertentu dari faktor-faktor itu:
Para pelakunya
a.       Berapa atau bagaimana jumlahnya, besar-kecil
b.      Tingkat keaktifan pelaku, aktif-menonton
c.       Peranan, pemimpin-anggota dll
d.      Sifat hubungan, erat-longgar
Konsekuensi interaksi
  1. Keinsyafan: kosekuensi disadari-tidak disadari, dilaksanakan tidak dilaksanakan,
  2. Tujuan: sama-beda, jangka panjang-jangka pendek, dapat dicapa dalam situasi_ tidak dapat dicapai.

WAKTU DAN PENCATATAN
Jika situasi normal
Apabila situasi berjalan normal, maka dilakukan pencatatan sesegera mungkin/pencatatan “on the spot”, sehingga data yang ingin diperoleh tidak hilang atau lupa. (menurut Sutrisno Hadi).
Jika situasi tidak normal.
a.       Situasi obstrusif, subyek mengetahui bahwa sedang diamati sehingga perilaku yang dimunculkan dibuat-buat atau tidak alami.
b.      Gejala observee terlalu cepat. Saat kejadian berlangsung, jeda waktunya sangat cepat.
c.       Ada gangguan dari luar. Gangguan ini bisa dari alam, seperti hujan atau panas. Atau bisa juga orang ketiga yang menganggu.
Apabila terjadi situasi yang tidak normal kita bisa melakukan pencatatan dengan kode/symbol (coding system) atau pencatatan dengan kata kunci (key word)

BENTUK PENCATATAN
Tugas seorang pengamat bukanlah sekedar menjadi penonton dari apa yang menjadi sasaran perhatiannya, melainkan menjadi pengumpul sebanyak mungkin keterangan atas dasar apa yang terlihat mengenai sasaran tadi. Jadi seorang pengamat harus mencatat segala sesuatu yang dianggap penting agar dapat membuat laporan mengenai hasil pengamatannya. Ingatan manusia sangat terbatas waktunya sehingga pengamat perlu selekas mungkin membuat catatan yang terperinci mengenai apa yang dilihatnya.
    Menurut Hadari (2007) dari uruaian tentang alat pengumpul data dalam observasi dapat disimpulkan bahwa pencatatan pada dasarnya dilakukan dalam salah satu dari dua bentuk sebagai berikut :
             a.            Pencatatan berbentuk kronologis yaitu pencatatan yang dilakukan menurut urutan kejadian
            b.            Pencatatan berbentuk sistematis yaitu pencatatan yang dilakukan dengan memasukkan tiap-tiap gejala yang diamati kedalam kategori tertentu, tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.

Kronologis
Bentuk pencatatan yang menekankan pada urutan kejadian/waktu kejadian.
Beberapa pertimbangan untuk menempatkan waktu amatan dan waktu jeda
a.       Kemampuan observer mengingat dan meralat data hasil amatan.
b.      Dinamika, fleksifitas, kompleksitas perilaku atau kejadian yang muncul.
c.       Waktu jeda < jarak amatan
Contoh : Perilaku prososial siswa SD X kelas 2
Waktu
Deskripsi
07.00 – 07.50
Pada saat awal pelajaran ada seorang anak terlihat lupa membawa buku dan pensil, teman sebangkunya meminjami kepada anak itu.
08.00 – 08.500
Guru akan menulis materi berikutnya tetapi papan tulis penuh dengan tulisan kemudian seorang anak perempuan menolong menghapuskan.
09.00 – 09.50
Ketika jam istirahat. Seorang anak sedang duduk termenung seorang diri, ternyata uangnya hilang kemudian temannya membelikan minum untuknya.
11.00 – 11.00
Buku pelajaran yang ada diatas meja seorang anak laki-laki terjatuh, lalu ketika ada anak perempuan yang melintas diambilkannya buku tersebut.

Waktu observasi
-          07.00 – 11.00
-          4 X amatan
-          waktu pengamatan : 50 menit
-          Jeda waktu : 10 menit

Ada bentuk lain
Waktu
Deskripsi
Amatan I
Amatan II
Amatan III
Amatan IV


Kelebihan dari bentuk pencatatan kronologis adalah :
1.      Konteks waktu bisa dipertahankan
2.      Bisa mendapatkan data yang lengkap (deskripsi lengkap)
Kelemahannya
1.      Data deskripsi (kualitatif) ditransfer ke data kuantitatif
2.      reliabilitas dan validitas kurang karena datanya sukar diterjemahkan secara kuantitatif.

Sistematis
Kita memasukkan kejadian kedalam kategori atau klasifikasi perilaku yang sejenis. Atau ciri utama kita memasukkan data amatan kedalam klasifikasi atau kategorisasi prilaku yang dibuat sebelum observasi.
Contoh : Perilaku prososial siswa SD X kelas 2
No
Kategori / Klasifikasi prilaku
Ayu
Abi
Abu
Asa
1.
Menolong teman dalam memahami pelajaran.
Ö
Ö
Ö
-
2.
Menolong teman dengan memberikan bantuan sarana/fasilitas belajar.
Ö
-
Ö
Ö
3.
Menolong guru sehingga tugas belajar menjadi lancar.
Ö
-
-
-
4.
Menolong teman yang sedang kesulitan.
Ö
-
Ö
Ö

Kelebihan dari bentuk yang sistematis adalah :
1.      Sudah menjadi data yang kuantitatif
2.      lebih praktis, karena tinggal memberi data (misal : Ö)

Kelemahan dari bentuk tersebut :
1.      Tidak bisa melihat urutan kejadian secara utuh.
2.      Data yang diperoleh tidak selengkap data kronologis


Pencatatan Lapangan Hasil Observasi
Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati,  apapun yang oleh peneliti dianggap penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda. Yang penting untuk diingat adalah catatan  lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal dan waktu yang lengkap.
Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinue dan menuliskannya langsung saat melakukan observasi dilapangan. Bila pencatatan tidak mungkin dilakukan langsung di lapangan, hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan. Peneliti harus menyadari ia tidak dapat mengandalkan ingatannya saja dan bila ia tidak segera mencatat apa yang ia amati, sangat mungkin akan kehilangan nuansa yang diamati.
Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu dan dicatat dengan menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir di sana, bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas apa yang berlangsung dan sebagainya.
Penting untuk diingat bahwa peneliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan/interpretasi, melahirkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati. Deskripsi harus memadai dalam detil dan ditulis sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca memvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi interpretatif dengan menggunakan penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihindari. Interpretasi dengan memberikan label/penjelasan sifat-sifat tidak dianjurkan. Yang perlu dilakukan adalah menjabarkan situasi yang diamati tanpa segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut. Dengan uraian deskriptif sekaligus informatif demikian, pengamat meminimalkan biasnya, sehingga dengan sendirinya juga dapat mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasikan seluruh data yang ada.
Bila relevan dan memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan langsung apa yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan membantu peneliti dalam mengungkap perspektif orang yang diamati mengenai realitas yang alami.
Guba dan Lincoln telah memberikan pedoman dalam pembuatan catatan:
a.       Pembuatan catatan lapangan, yaitu gambaran umum peristiwa-peristiwa yang telah diamati oleh peneliti. Dalam hal ini pengamat bebas membuat catatan dan biasanya dilakukan pada malam hari setelah melakukan observasi.
b.      Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang isinya diambil dari catatan lapangan.
c.       Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul.
d.      Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu ke waktu.
e.       Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks ini dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subyek serta perkembangannya.
f.       Taksonomi dan kategori, yang dikembangkan selama analisis di lapangan.
g.      Jadwal observasi berisi deskripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa yang diamati, di mana, kapan dan lain-lain.
h.      Siometrik, merupakan diagram hubungan antara subyek yang sedang diamati.
i.        Panel, yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik.
j.        Kuesioner, yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat sehingga dapat lebih mengarahkan dan memperbaiki teknik pengamatannya.
k.      Balikan dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang dipergunakannya.
l.        Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukantelah direkam.
m.    Piranti elektronik, misalnya kamera/handycam yang disembunyikan.
n.      “Topeng Steno”, yaitu alat perekam suara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh peneliti.

Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat catatan observasi, yaitu:
a.       Deskripsi konteks.
b.      Deskripsi mengenai karakteristik orang-orang yang diamati.
c.       Deskripsi tentang siapa yang melakukan observasi.
d.      Deskripsi mengenai perilaku yang ditampilkan orang-orang yang diamati.
e.       Interpretasi sementara peneliti terhadap kejadian yang diamati.
f.       Pertimbangan mengenai alternatif interpretasi lain.
g.      Eksplorasi perasaan dan penghayatan peneliti terhadap kejadian yang diamati.

Disamping itu dapat pula dibedakan dua bentuk pencatatan dalam versi data yang dicatat, yaitu :
             a.            Pencatatan data faktual yaitu pencatatan gejala yang timbul sebagimana adanya tanpa interpretasi dari observer.
            b.            Pencatatan secara interpretatif yaitu pencatatan yang dilakukan dengan memberikan interpretasi terhadap gejala yang timbul oleh observer yang berkewajibannn memasukkan atau menggolongkan gejala yang diamatinya kedalam suatu kategori yang telah ditetapkan.



JENIS-JENIS OBSERVASI
Macam‑macam Observasi menurut Sugiyono (2004)
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participan observation (observasi berperan serta) dan non participan observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
a.      Observasi berperan serta (Participan observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari‑hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikedakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna, dari setiap perilaku yang nampak.
Contoh: Dalam suatu perusahaan peneliti dapat berperan sebagai karyawan. Ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat keduanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, hubungan antara karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam pekerjaan dan lain sebagainya.
b.      Observasi Non Partisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas-­aktivitas orang‑orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Contoh: dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barang‑barang. Barang‑barang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. Peneliti mencatat menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku pembeli, dan barang‑barang apa saja yang paling diminati pembeli. Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai‑nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Dalam suatu bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus di proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana masing‑masing an yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang dihasilkan dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator mesinnya.
c.       Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
Contoh: Peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinja karyawan bidang pemasaran melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
d.      Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu‑rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dalam berbagai negara., peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

Azwar (2003) menambahkan dalam penelitian dapat menggunakan metode observasi alamiah (naturalistic Observation), dalam pendekatan alamiah ini, observasi dilakukan tanpa adanya campur tangan sama sekali dari pihak peneliti. Objek observasi adalah fenomena‑fenomena yang dibiarkan terjadi secara alamiah.
Observasi alamiah dapat dilakukan pada paling tidak dua arena (settings) yang berbeda, yaitu (a) pada lingkungan alamiah (natural environment) berupa "dunia nyata" tempat subjek penelitian berada, dan (b) pada lingkungan alamiah tiruan (simulated natural environment) sehingga subjek penelitian dapat bebas bereaksi secara alamiah akan tetapi tetap dalam batas‑batas fenomena yang dikehendaki oleh peneliti. Observasi alamiah yang diadakan pada lingkungan alamiah dicontohkan oleh penelitian. mengenai tradisi sosial suku bangsa dengan partisipan langsung dari fihak peneliti. Peneliti harus membaurkan diri dalam masyarakat setempat dan mengikuti semua aktivitas sosial yang berlaku sehingga seakan‑akan menjadi bagian dari kehidupan sosial subjek penelitian.

Menurut Hadi (1991), jenis-jenis observasi adalah sebagai berikut :
Observasi Partisipasi VS Non Partisipan
Observasi Sistematik VS Non Sistematik
Observasi Eksperiment VS Non Ekperiment

  1. OBSERVASI PARTISIPAN
·   Observasi terjun langsung, meleburkan diri, berinteraksi langsung dan mengumpulkan data dalam situasi atau lingkungan yang diobservasi (Bagdam & Taylor, 1984).
·   Untuk riset eksploratif, menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial.
·   Hal yang perlu diperhatikan :
    1. Materi observasi : materi yang dibuat sebelum melakukan observasi harus benar-benar matang sehingga tidak lepas dari tujuan yang sebenarnya.
    2. Waktu dan cara pencatatan : dilakukan pencatatan sesegera mungkin agar data tidak hilang atau lupa, untuk lebih memudahkan dapat memakai kode atau kata kunci.
    3. Hubungan antara observer dan observee
1)      Mencegah kecuriaan observee terhadap observer
2)      Mengadakan pendekatan yang baik, supaya hubungan yang terjalin setelah melakukan observasi tetap baik.
3)      Menjaga situasi tetap wajar, agar subyek tidak tahu kalau sedang diamati.
    1. Dalam dan luasnya partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi.

Observasi Partisipasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Full Partisipation
Obseerver ikut semua aktifitas yang dibedakan oleh masyarakat sekitar.
Full Partisipation dibagi menjadi 2 :
a.       Intensive Partisipation
Menggali informasi yang sedalam-dalamnya / sedetail-detailnya
b.      Surface Partisipation
Ikut semua kegiatan, tapi tidak perlu digali lebih dalam /hanya permukaan saja.
2.      Partical Partipation
Observer hanya mengikuti beberapa aktivitas saja.
Partical Partisipation juga dibagi menjadi 2 :
a.       Intensive Partical
Ikut beberapa aktivitas dan mengali informasi sedalam-dalamnya.
b.      Surface Partical
Hanya permukaan saja/secara garis besar saja.

  1. OBSERVASI SISTEMATIK (Observasi kerangka berstruktur)
·         Observer sudah menyiapkan kerangka (pedoman) yang memuat aspek-aspek atau ciri-ciri khusus dari tiap variabel yang diamati.
·         Hal yang perlu diperhatikan :
a.       Materi observasi : materi yang diobservasi lebih khusus (judul dikhususkan).
b.      Cara pencatatan
Memungkinkan jawaban respon, reaksi, dicatat secara teliti.
Memungkinkan mengadakan kuantifikasi
c.       Hubungan antara observer dan abservee
Mengusahakan pendekatan yang baik.



  1. OBSERVASI EKSPERIMENTAL
·         Dengan mengendalikan unsur-unsur penting kedalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk menghindari atau mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi itu.
·         Ciri-ciri dari observasi eksperimental :
a.       Situasi yang seragam untuk semua observee, situasi yang dibuat oleh observer harus sama untuk semua subyek yang ingin diteliti.
b.      Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga muncul variasi tingkah laku. Seorang observer harus pandai membuat situasi yang mendukung, sehingga akan memunculkan keunikan atau variasi tingkah laku.
c.       Observee tidak tahu maksud situasi observasi yang sebenarnya. Subyek sebaiknya tidak tahu kalau sedang diamati, karena bila tahu sedang diamati subyek akan memunculkan perilaku yang tidak alami atau dibuat-buat.
d.      Dibuat catatan tentang aksi-aksi, reaksi secara lengkap.
Contoh : Konsentrasi Belajar
Judul :   Pengaruh kebisingan terhadap konsentrasi belajar
              Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
1.       Suhu
2.       Penerangan
3.       Kenyamanan sarana dan prasarana
Kelebihan dari observasi eksperimental :
a.       Kita bisa memunculkan perilaku yang jarang muncul / tampak.
b.      Peneliti mudah untuk membandingkan antara 1 orang dengan orang yang lain karen ada kontrol yang kuat.
c.       Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku telah dikontrol sehingga tinggal 1 atau 2 faktor yang diamati dari satu karya observasi dapat memunculkan banyak pengetahuan daripada observer natural yang dilakukan dalam waktu yang lama.
Kekurangan
                   Nilai terapan kecil
LINCOLN & GUBA (1989)
            Mengkategorikan bentuk observasi dalam kombinasi 3 dimensi, yaitu :
1.      Dimensi kesadaran subyek (Covert Vs Overt)
2.      Dimensi derajat interaksi dengan subyek (Partisipan Vs Non Partisipant)
3.      Dimensi situasi observasi (alam/natural Vs buatan/contrived)

§  Covert : Observasi (subyek) yang sedang diamati, tidak menyadari kalau sedang diamati oleh observer. Observer tidak memberitahu, tidak memberikan reaksi/tanda kalau dirinya sedang mengamati observee.
§  Overt : Kebalikan dari covert. Obsevee tahu bahwa dirinya sedang diamati oleh observer. Observer memberitahukan kepada observer kalau dia sedang diamati.

§  Partisipan : Terjun langsung, dan ada interaksi antara observee dan observer.
§  Non Partisipan : Tidak terjun langsung dan tidak terjadi interaksi antara observee dengan observer. Observer menjaga jarak dengan observee.

§  Alami : Tempat kita melakukan observasi adalah tempat yang aslinya situasi yang apa adanya, tanpa ada manipulasi, tidak ada perlakuan.
Contohnya : pasar, mall, dan lain-lain.
§  Buatan : Lingkungan yang kita buat sedemikian rupa. Ada rekayasa kecintaan, pengharapan bisa muncul, ada manipulasi. Dan biasanya ada perlakuan.

Jenis-jenis observasi, berdasar kombinasi 3 dimensi :
1.      Observasi Covert – Partisipan – Alami (CPA)
Contoh : Melihat demonstrasi di Kantor Pos Malioboro
2.      Observasi Covert – Partisipan – Buatan (CPB)
Contoh : Mengajari anak play group untuk berkreasi dengan tepung dan pewarna.
3.      Observasi Covert – Non Partisipan – Alami (CAN)
Contoh : Mengamati pendukung festival band.
4.      Observasi Overt – Partisipan – Buatan (OPB)
Contoh : Mengobserver pada anak saat dipertontonkan film action.
5.      Observasi Overt – Partisipan – Alami (OPA)
Contoh : Mengamati adat istiadat sebuah suku di pedalaman di Kalimantan
6.      Observasi Overt – Partisipan – Buatan (OPB)
Contoh : Reka adegan sebuah pembunuhan di sebuah rumah.
7.      Observasi Overt – Non Partisipan – Alami (ONA)
Contoh : Mengamati orang membuat kue untuk lebaran
8.      Observasi Overt – Non Partisipan – Buatan (ONB)
Contoh : Lomba memasak yang diadakan saat 17 an.

Patton menjelaskan berbagai alternatif cakupan dalam pendekatan observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, yakni:
1.                  Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut? (partisipasi/non partisipasi)
Pengamat yang partisipasif akan menggunakan strategi pendekatan lapangan yang beragam: secara simultan mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancara responden dan informan, berpartisipasi langsung sekaligus mengamati dan melakukan introspeksi. Hal-hal tersebut tidak dilakukan peneliti yang melakukan observasi tidak terlibat (tidak partisipasif). Keputusan sejauh mana peneliti perlu terlibat dalam aktivitas yang diteliti akan tergantung pada pada banyak hal, antara lain sifat fenomena yang diteliti, konteks politis, maupun pertanyaan-pertanyaan peneliti. Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian. Yang paling penting adalah menegosiasikan dan menyesuaikan derajat partisipasi aktif peneliti dengan karakteristik subjek/objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian, maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang diteliti. Dalam kasus-kasus tertentu, keterlibatan dan partisipasi aktif pengamat justru dapat memunculkan masalah dan mengganggu langkah-langkah pengumpulan data.
2.                  Apakah peneliti melakukan observasinya secara terbuka, ataukah secara tertutup/terselubung? (overt/covert)
Diyakini bahwa manusia pada umumnya akan bertingkah laku berbeda bila tahu bahwa mereka diamati. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa ia sedang diamati akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat/disesuaikan dengan harapan sosial). Karenanya, sebagian peneliti berpendapat observasi yang tidak terbuka (covert) akan memungkinkan peneliti menangkap kejadian yang sesungguhnya daripada observasi terbuka. Meski demikian, tinjauan etis mengungkapkan problema berbeda: apakah etis melakukan observasi sistematis tanpa memberi tahu dan meminta izin?
3.                  Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama/cukup dalam waktu yang terbatas?
Dalam tradisi studi antropologis, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dengan maksud agar peneliti dapat memperoleh pemahaman holistik mengenai budaya kelompok yang ditelitinya. Sementara, dalam studi ilmu sosial fenomena osial pada umumnya tujuan digunakannya observasi adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial. Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan, apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomena spesifik yang berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut.
4.                  Variasi berkenaan dengan fokus observasi: fenomena utuh/aspek-aspek khusus?
Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini dibutuhkan perhatian meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang sempit, misalnya dengan memfokus pada aspek-aspek/elemen-elemen tertentu saja dari keseluruhan fenomena yang kompleks.

Sedangkan Banister (1994) menambahkan beberapa variasi pendekatan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut:
1.                  Variasi dalam struktur observasi:
Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan mendetail sampai pada observasi yang tidak terstruktur.
2.Variasi dalam fokus observasi:
Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu saja (misal: bentuk komunikasi non verbal tertentu saja)/diarahkan secara luas pada berbagai aspek yang dianggap relevan.
3.                  Variasi dalam metode dan sarana/instrumen yang digunakan untuk melakukan dan mencatat observasi:
Mulai dari tulisan tangan, penggunaan komputer (note book), dipakainya lembar pengecek, stop watch/alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suar dan gambar.    
4.                  Pemberian umpan balik:
Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan balik disampaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa?

Observer
Spradley (1980) menyebutkan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah:
1.                  Observer tidak berperan sama sekali
Dalam observasi observer tidak berperan, kehadiran dalam area penelitian hanya untuk melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subyek yang diamati. Observasi ini bisa dilakukan, misalnya dengan menggunakan kaca “one way mirror” seperti pengamatan pada sekolompok anak-anak dengan perilakunya di dalam kelas dalam suatu ruangan/kelas, /menggunakan teropong jarak jauh untuk mengamati perilaku seorang/sekelompok orang. Pengamatan semacam itu juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan handycam sehingga peneliti benar-benar tidak melakukan peran sam sekali.
2.                  Observer berperan pasif
Dalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, akan tetapi kehadirannya di lapangan menunjukkan peran paling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh orang yang diamati dan bagaimanapun hal itu membawa pengaruh. Agar kehadiran peneliti tidak mempengaruhi sifatalamiah subyek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama penelitian, kecuali mungkin dengan menggunakan perekaman secara tersembunyi. Tetapi setelah selesai melakukan pengamatan, peneliti harus segera membuat catatannya secepatnya sebelum tertumpuk oleh informasi lainnya.
3.                  Observer berperan aktif
Dalam observasi ini peneliti dapat memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi sesuai dengan kondisi subyek yang diamati. Cara ini dilakukan semata untuk dapat mengakses data yang diperlukan bagi penelitian. Keberadaan peneliti sebenarnya diketahui oleh subyek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap sebagai bagian dari mereka dan kehadirannya tidak mengganggu/mempengaruhi sifat naturalistiknya. Apa yang dilakukan peneliti tak ubahnya sebagaimana yang dilakukan subyek yang diteliti.  
4.                  Observer berperan penuh
Pada observasi ini peneliti ini bisa jadi sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamati/sebagai orang dalam/orang luar tetapi telah dianggap sebagai orang dalam. Peran peneliti dalam observasi terlibat penuh, bukan sekedar partisipasi aktif dalam kegiatan subyek yang diteliti, tetapi juga bisa lebih menjadi pengarah acara agar sebuah peristiwa terarah sesuai dengan skenario peneliti agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai.
             
Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam observasi, yaitu:
1.                  Prasangka-prasangka dan keinginan-keinginan dari observer.
2.                  Keterbatasan panca indera, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia.
3.                  Keterbatasan wilayah pandang.
4.                  Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan.
5.                  Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi.
6.                  Ketepatan alat dalam observasi.
7.                  Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi.
8.                  Kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental, indera pada suatu waktu.  
Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1.                  Mengerti latar belakang tentang materi yang akan diobservasi. Untuk mengobservasi tentang perkembangan anak maka seorang observer harus menguasai teori tentang perkembangan yang harus dilalui oleh setiap anak.
2.                  Mampu memahami kode-kode/tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lain. Seorang obsever hendaknya mempunyai kemampuan untuk membedakan tanda-tanda tingkah laku agar dapat membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lain. Juga perlu mengetahui perbedaan mengekspresikan emosi ke dalam perilaku bagi masing-masing kelompok masyarakat. Contoh: ekspresi wajah marah, sedih dan gembira.
3.                  Membagi perhatian. Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya antara mengamati tindakan yang dilakukan oleh observee dan mencatat perilaku tersebut.
4.                  Dapat melihat hal-hal yang detail
Seorang observer harus mampu mengamati perilaku observee sampai pada perilaku yang sekecil-kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting justru merupakan perilaku yang sangat penting.
5.                  Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara verbal/non verbal. Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukkan oleh observee dan bagaimana respon yang harus diberikan.
6.                  Menjaga hubungan antara observer dan observee. Kemampuan menjalin hubungan baik dengan observee merupakan faktor yang sangat penting dalam observasi.



Share this post :

+ comments + 1 comments

Materinya bagus, mohon di cantumkan daftar rujukan.
Terimakasih :-)

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)

 
Support : Jadwal Training 2016 | Informasi Training dan Seminar Indonesia | Mas Template
Copyright © 2011. WWW.SINTANG.COM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger