Headlines News :
Home » » PENGERTIAN OPTIMUM AGING DAN LANSIA

PENGERTIAN OPTIMUM AGING DAN LANSIA

Written By Unknown on Monday 9 July 2012 | 15:38

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Bahkan disinyalir peningkatan jumlah lansia di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Hal ini tidak terlepas dari semakin tingginya angka harapan hidup di Indonesia. Menurut data Departemen Sosial (Depsos.go.id), pada 1980 usia harapan hidup (UHH) adalah 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543. sedangkan pada tahun 2006, ketika UHH mencapai 66,2 tahun, jumlah lansia menjadi 19 juta orang. Diperkirakan, tahun 2010 nanti lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta jiwa dengan UHH 67,4 tahun. Ledakan lansia akan terjadi pada sekitar 2020, dimana jumlahnya diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa dengan UHH 71,1 tahun.

Pandangan tentang Lansia

lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai kapan seseorang dikatakan lansia. World Health Organization menetapkan bahwa lansia adalah mereka yang berumur mulai 65 tahun. Di Indonesia, sesuai dengan UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang disebut lansia adalah mereka yang sudah mencapai usia 60 tahun. Di beberapa Negara maju, ada juga yang menetapkan usia 70 tahun sebagai batas umur seseorang memasuki usia lanjut.

Terlepas dari batasan umur yang ditetapkan, menjadi tua tidaklah drastis terjadi dalam usia tertentu, namun menjadi tua itu merupakan proses biologis alamiah yang terjadi secara gradual. Sehingga dapat dikatakan, proses menua bagi tiap individu itu berbeda-beda. Adanya pembatasan umur seseorang disebut lansia hanyalah sebagai upaya mempermudah pengelompokan, penyebutan, dan juga penentuan kebijakan-kebijakan tertentu yang berhubungan dengan usia seseorang.

Lansia sering diidentikkan dengan kerentanan, ketidakberdayaan, dan juga ketergantungan. Inilah yang kemudian membuat lansia dianggap sebagai permasalahan. Padahal, jika kita melihat kenyataan di lapangan, banyak sekali mereka yang sudah memasuki usia 60 tahun tetapi masih produktif untuk berkarya. Bahkan, secara ekonomi, masih ada yang menjadi tulang punggung keluarga. Inilah yang disebut lansia-lansia potensial. Yaitu, mereka yang sudah memasuki usia lanjut, tetapi masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa.

Lansia ini kemudian menjadi persoalan ketika mereka tidak mampu untuk menghidupi diri mereka sendiri dan bergantung pada bantuan orang lain. Lansia yang seperti inilah yang memerlukan pelayanan kesejahteraan sosial, yang berupa perawatan. Perawatan ini dimaksudkan agar para lansia mampu mandiri atau mendapatkan bantuan minimal. Untuk itu, harus ada yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan, baik yang sifatnya day care (perawatan kebutuhan harian), maupun perlindungan dan jaminan sosial.

Siapa yang bertanggung jawab?

Jawabannya tentu saja keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia, dimana hubungan kekeluargaan masih kental, kebanyakan lansia memang masih tinggal bersama keluarga, tidak di panti wredha. Penelitian yang dilakukan Ratna Suhartini (Damandiri.Com) menunjukkan bahwa para lansia lebih mengiginkan untuk tinggal di tengah-tengah keluarga, bukan di panti. Hal ini ditunjang juga dengan fakta, bahwa sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga, baik itu tinggal bersama anak maupun menantu.

Namun terkadang, ada lansia yang memang tidak memiliki keluarga, keluarganya sudah tidak mempedulikan lagi, atau lansia tersebut diperlakukan salah/mengalami tindak kekerasan dalam keluarganya. Ini menjadi menjadi masalah serius karena kondisi lansia tersebut yang tidak bisa menghidupi diri sendiri dan juga diterlantarkan. Lansia terlantar inilah yang patut mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan negara dalam bentuk berbagai macam pelayanan kesejahteraan sosial.

Di Indonesia, lansia terlantar ini cukup banyak. Hal ini tidak lepas dari berbagai persoalan yang dihadapi lansia, seperti minimnya kesempatan kerja dibandingkan dengan kelompok sosial lain karena lansia dianggap kurang produktif dalam bekerja. Situs Departemen Sosial pada 24 Juni 2008 mempublikasian jumlah lansia terlantar di Indonesia, yaitu 17,6 juta lansia pada tahun 2005. Dalam konteks Jayapura, data di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura menyebutkan bahwa pada tahun 2007 ada 472 lansia terlantar dari 218,027 penduduk kota Jayapura. Sedangkan di kabupaten Jayapura, lansia terlantar ini berjumlah 308 dari 112,369 penduduk.

Bentuk pelayanan ini hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan hidup lansia. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan hidup manusia meliputi: pertama, kebutuhan fisik seperti, sandang, pangan, pangan, dan seks; kedua kebutuhan akan keamanan seperti kebutuhan akan jaminan sosial; ketiga kebutuhan sosial seperti kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain; keempat kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan terhadap pengakuan, seperti kebutuhan untuk diakui eksistensi dan perannya; dan kelima kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa lansia adalah juga manusia biasa. Sama seperti manusia yang lain. Hanya saja, ada kekhususan-kekhususan yang dimiliki, yang berpengaruh terhadap cara dan bentuk dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan di atas.

Optimum Aging

Optimum aging, secara sederhana dapat diartikan sebagai kondisi lansia yang berada pada kondisi maksimum atau optimal, baik dari sisi kesehatan, pendapatan, maupun aktivitas. Optimum aging akan membuat para lansia bisa menikmati masa tuanya dengan bahagia. Untuk mencapai kualitas maksimal ini diperlukan persiapan yang matang. Setiap orang hendaknya merencanakan masa tuanya. Sehingga ketika masa itu datang, tidak akan muncul persoalan-persoalan seperti stress, ketergantungan ekonomi, kurangnya interaksi sosial dll.

Sebagai lansia, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas hidup optimal ini, diantaranya: 1) aktivitas fisik, seperti olah-raga secara rutin dan teratur akan membantu menjaga kebugaran dan kesehatan, serta kemampuan psikomotorik lansia; 2) aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan membantu lansia mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak yang sering dilatih dan dirangsang akan berfungsi semakin baik, setidaknya bisa mempertahankan fungsinya pada saat itu. Berbeda jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia mengalami masa dimensi dini; 3) aktivitas spiritual seperti ibadah memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan makna hidup dan ketenangan; 4) aktivitas sosial seperti tergabung dalam kelompok lansia atau karang wredha akan menjadi fasilitas interaksi yang akan menjauhkan lansia dari rasa sepi dan keterasingan, juga sebagai wahana penyaluran ekspresi lansia; 5) aktifitas ekonomi akan membantu kemandirian para lansia dan menumbuhkan harga diri karena tidak tergantung pada orang lain.

Namun, satu hal yang patut disadari bahwa tidak semua lansia bisa mencapai kondisi otimum aging tanpa bantuan pihak lain. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa ada lansia yang potensial dan ada juga yang tidak potensial. Karena itu, masyarakat dan pemerintah hendaknya ikut berpartisipasi dalam mewujudkann optimum aging bagi para lansia. Jika tidak, maka lansia ini akan menjadi persoalan sosial yang lebih besar. Ketika seorang lansia mampu mencapai optimum aging, maka dia akan mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Hal ini berarti bahwa mereka tidak akan menjadi masalah bagi orang lain.

Yang harus dilakukan untuk membantu para lansia untuk mencapai optimum aging adalah dengan memberikan berbagai pelayanan kesejahteraan sosial. Di antaranya adalah pelayanan kesehatan. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa usia lanjut ditandai dengan semakin menurunnya fungsi biologis seseorang yang bisa berefek langsung pada penurunan kesehatan seseorang. Di Jayapura, lansia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah TBC dan kecelakaan (Cenderawasih pos 30 Maret 2009). Hal ini menunjukkan bahwa faktor kesehatan lansia masih menjadi persoalan yang harus mendapatkan tindakan kongkrit melalui pelayanan kesehatan yang ramah dan terjangkau oleh lansia. Yang kedua adalah pelayanan bimbingan mental spiritual sesuai dengan keyakinan lansia. Yang ketiga adalah pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum. Fasilitas umum seperti rumah sakit, tempat ibadah, angkutan umum dan lain lain hendaknya aksesibel bagi lansia, seperti adanya pegangan tangan pada tangga, dinding, kamar mandi, dan toilet. Hal ini akan meminimalisir kemungkinan jatuh bagi lansia. Yang keempat pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum terutama bagi mereka yang dalam persidangan.

Khusus bagi lansia yang tidak potensial, perlu diberikan perlindungan sosial. Perlindungan ini dilaksanakan melalui pemeliharaan kesejahteraan lansia agar mereka bisa mewujudkan taraf hidup yang wajar. Hal ini harus dilakukan baik di dalam maupun di luar panti. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kapasitas panti jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah lansia yang membutuhkan perawatan.

Sementara, khusus bagi lansia potensial, perlu diberikan pelayanan kesempatan kerja dan bantuan sosial berupa modal dan pendampingan bagi lansia yang memiliki keahlian/keterampilan untuk melakukan usaha baik sendiri maupun kelompok. Juga, perlu diberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman lanjut usia potensial sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sehingga mereka tidak kalah dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif.

* Pemerhati masalah lansia, bekerja di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura

Source: http://sitifitriani.wordpress.com

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (optimum Aging). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.Aktivitas fisiknya misalnya olah – raga yang dilakukan secara rutin dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia. Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak yang sering dilatih dan drangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia mengalami masa dimensi dini. Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia atau karang werdha akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan care kegiatan ini akan sangat membantu para lansia untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal.(Syamsuddin, Mahasiswa S2 Psikologi UGM)

Pendahuluan
Masa Lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Elizabeth Hurlock (1980) mengemukakan bahwa: “penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak, akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati.”. Masa lansia bisa jadi juga disertai dengan berbagai penyakit yang menyerang dan menggerogoti kehidupan lansia sekalipun tidak semua lansia adalah berpenyakit, tapi kebanyakan lansia rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh yang telah Aus atau mengalami kemunduran juga fungsi imun (kekebalan tubuh) yang juga menurun. Masalah-masalah lain seperti kemundurun dari aspek sosial ekonomi. Secara ekonomi, lansia merupakan masa pensiun, produktivitas menurun, otomatis penghasilan juga berkurang bahkan bisa jadi nihil. Yang menyebabkan lansia menjadi tergantung atau mengaantungkan diri pada orang lain seperti anak atau keluarga yang lain. Kemunduran dari segi sosial ditandai dengan kehilangan jabatan atau posisi tertentu dalam sebuah organisasi atau masyarakat, yang telah menempatkan dirinya sebagi individu dengan status terhormat, dihargai, memiliki pengaruh, dan didengarkan pendapatnya. Sekalipun mengalami kemunduran pada beberapa aspek kehidupannya, bukan berarti lansia tidak bisa menikmati kehidupannya. Lansia pasti memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur.

Banyak lansia yang masih potensial serta memiliki energi dan semangat untuk berprestasi. Beberapa tokoh mencapai puncak prestasi dalam karirnya justru ketika dia lansia, baik tokoh politisi, ilmuan, dosen, pengusaha, ulama, seniman dll. Sebutlah beberapa tokoh seperti: “Pelukis ternama almahrum Affandi di usia 80-an masih terus aktif melukis, Prof Dr Boedi Darmojo masih aktif cermah dimana-mana termasuk luar negeri, walaupun usiaya diatas 80 tahun, beberapa tokoh international seperti Gladststone memimpin kabinet inggris dalam usia 80 tahun. Plato meningal dunia dalam usia 80 tahun sedang giat bekerja. Galileo menemukan ilmu gaya gerak (gerak) dalam usia 70 tahun. James watt ahli ilmu alam Inggris mempelajari bahasa Jerman dalam usia 85 tahun, Bertrand Ruessel pada usia 94 tahun masih aktif sebagai tokoh penggerak perdamaian international” (Soemartono,Suara Merdeka:29 Mei 2005). Dan tokoh-tokoh lain, yang dikutip dari www.depsos.go.id seperti : “Soebronto Laras (65 tahun) merupakan tokoh personifikasi Suzuki Indonesia, Aksa Mahmud yang kini usia telah 63 tahun masih aktif sebagai pengusaha dan anggota DPD utusan Sulawesi Selatan. KH.Ali Yafie ulama ahli fiqih yang kini berusia 82 tahun masih aktif mengasuh beberapa pesantren di Sulawesi Selatan, dosen diberbagai perguruan tinggi, aktif sebagai Dewan Penasehat ICMI dan Dewan Penasehat The Habibie Centre” (syamsuddin;2008). Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (optimum Aging).

Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia. “Penelitan terhadap usia lanjut mengungkapkan bahwa rangsangan dapat membantu mencegah kemunduran fisik dan mental. Mereka secara fisik dan mental tetap aktif dimasa tua tidak terlampau menunjukkan kemunduran fisik dan mental dibanding dengan mereka yang menganut filsafat “kursi goyang” terhadap masalah usia tua dan menjadi tidak aktif karena kemampuan-kemampuan fisk dan mental mereka sedikit sekali memperoleh rangsangan”(E. Hurlock;1980). Aktivitas fisiknya misalnya olah – raga yang dilakukan secara rutin dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia. Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak yang sering dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia mengalami masa dimensi dini. Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia atau karang werdha akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan care kegiatan ini akan sangat membantu para lansia untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal.

Pembahasan :
Ada banyak faktor dalam rangka pencapaian Optimum aging pada lansia. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari lansia itu sendiri ataupun dari lingkungan. Bagaimana penerimaan lansia terhadap masa tuanya dan bagaimana perlakuan lingkungan. Atau bisa juga pengaruh masa lalu, masa kini serta tujuan hidup dimasa depan, E.Hurlock, memberikan beberapa kunci yang dapat menunjang kebahagian pada masa usia lanjut : Faktor Dari Lansia Faktor Lingkungsan Faktor Gabungan · Sikap yang menyenangkan terhadap usia lanjut berkembang sebagai akibat dari kontak pada usia sebelumnya dengan usia lanjut yang menyenangkan · Kenangan yang menggembirakan sejak masa kanak-kanak sampai masa dewasanya. · Sikap yang realistis terhadap kenyataan dan mau menerima kenyataan tentang perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari usia lanjut yang tidak dapat dihindari. · Menerima kenyataan dan kondisi hidup yang ada sekarang, walaupun kenyataan tersebut berada di bawah kondisi yang diharapkan Perasaan puas dengan prestasi yang ada sekarang dan prestasi masa lalu. · Puas dengan status perkawinannya dan kehidupan seksualnya. · Kesehatan cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis. · Situasi keuangan memadai untuk memenuhi seluruh keinginan dan kebutuhannya · Mempunyai kesempatan untuk memantapkan kepuasan dan pola hidup yang diterima oleh kelompok sosial dimana ia sebagai anggotanya · Diterima oleh dan memperoleh respek dari kelompok sosial. · Bebas untuk mencapai gaya hidup yang diinginkan tanpa intervensi dari luar · Terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik · Menikmati kegiatan rekreasional yang direncanakan khusus bagi orang usia lanjut · Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman. · Melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan dirumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan Dimodifikasi Oleh Syamsuddin: 2008

Sementara dalam konteks keindonesiaan yang sangat menekankan nilai-nilai komunal kolektivitas, salah satu faktor yang sangat memberikan kebahagian pada lansia yakni ketika mereka diberikan kesempatan untuk tinggal bersama dengan anak-anaknya dalam satu atap dimasa tuanya serta bisa berkumpul dengan cucunya, sehingga kadang ada istilah cucu kesayangan dll, dan melihat anak-anak mereka berhasil dan sukses dalam kehidupannya hal ini juga berasal dari faktor tingginya tanggung jawab orang tua terhadap anak tingginya tingkat ketergantungan anak pada orang tua, berbeda pada masyarakat barat yang sangat menekankan kemandirian pada anak-anaknya. Jacinta F. Rini dalam http://www.e-psikologi.com/ tanggal 2 Oktober 2001, memberikan beberapa tips agar seorang lansia dapat memasuki masa pensiunnya dengan nyaman, meliputi :
1. Yang paling utama adalah bahwa Anda harus menghadapinya secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak akan menjadikan segalanya lebih baik. Anda bisa bercermin dan belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan di masa lalu, untuk jadi bahan rencana masa depan.
2. Banyak tersenyum dan tertawa akan membuat Anda punya banyak teman yang memberikan keceriaan dalam hidup
3. Jangan terburu-buru dalam menjalani hidup...sebaliknya, nikmatilah setiap moment yang berlalu dalam hidup Anda agar Anda bisa mensyukuri dan merasakan kenikmatan hidup yang sesungguhnya.
4. Buatlah rencana kegiatan setiap hari
5. Lakukanlah kegiatan sosial yang menarik dan mulailah meniti karir di kehidupan pasca-pensiun disertai optimisme bahwa hidup Anda akan menjadi jauh lebih baik lagi dari sebelumnya
6. Pensiun bukan berarti saat-saat di mana Anda harus mencari akal guna membunuh waktu, sebaliknya Anda harus berpikir bagaimana supaya Anda memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mendatangkan hal-hal terbaik dalam kehidupan Anda selanjutnya.
7. Jangan suka berdiam diri atau membiarkan diri menganggur dan melamun karena hanya akan membangkitkan emosi dan pikiran negatif saja
8. Hilangkan kesepian dan libatkan diri pada orang-orang di dekat Anda
9. Jagalah kondisi dan kesehatan tubuh Anda dengan cara rajin berolah raga dan diet yang baik agar Anda tidak jatuh sakit
10. Kurangi dan hilangkan kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, mengkonsumsi minuman beralkohol atau junk food
11. Pergilah mengunjungi tempat-tempat menarik bersama pasangan atau pun teman-teman/sahabat Anda
12. Hubungi teman-teman Anda baik melalui surat, email atau pun telepon. Siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik yang bisa didapatkan
13. Pertahankan dan kembangkan hobi yang selama ini tidak sempat terlaksana atau ditekuni karena keterbatasan waktu
14. Bacalah buku-buku yang membangkitkan motivasi Anda
15. Lakukan olah raga atau kegiatan kebersamaan dengan teman-teman yang sifatnya santai
16. Jika memungkinkan, ambil kursus singkat yang menarik dan menunjang hobi atau malah dapat membantu meningkatkan ketrampilan yang diperlukan untuk menekuni usaha baru
17. Jangan lepaskan kebiasaan doa Anda dan luangkan waktu setiap hari beberapa kali untuk berbincang-bincang dan berdiskusi dengan Tuhan
18. Jangan biarkan pesimisme menguasai pikiran dan perasaan Anda
19. Coba perhatikan sekitar Anda dan lihatlah, siapa yang sedang membutuhkan perhatian Anda namun selama ini terluput karena kesibukkan Anda? Carilah pula, bagian mana dari hidup Anda yang perlu dibereskan? Meski keluarga Anda tidak pernah meminta bantuan Anda secara langsung bukan berarti Anda tidak dibutuhkan. Jadi, jadilah orang pertama yang berinisiatif untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.
20. Cobalah untuk memikirkan bisnis atau usaha baru, atau mulai memikirkan untuk menekuni pekerjaan baru yang lebih cocok dengan usia dan hobi Anda. Jika perlu, ajaklah anggota keluarga atau teman-teman terdekat Anda untuk terlibat di dalamnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa lansia adalah sebuah kenyataan yang perlu diterima dengan iklhas dan apa adanya, tidak menyalahkan masa lalu apalagi ingin kembali pada masa lalu atau dengan kata lain terlalu membanding-bandingkan antara kondisi dimasa muda dengan masa sekarang, seorang lansia seyogyanya memiliki konsep untuk menikmati kehidupannya saat ini. Seperti ungkapan bijak mengatakan bahwa masalalu tidak mungkin dirubah masa depan belum tentu datang yang bisa dirubah adalah apa yang dialami sekarang, tentunya adalah lebih kepada pemahaman dan pemaknaan setiap peristiwa hidup dengan melihatnya secara lebih positif dan bijaksana.selanjutnya, masa lansia mestinya tetap produktif dengan mengisi berbagai kegiatan yang positif seperti olah raga, baca buku, bersosialisasi, aktif dalam kegiatan keagamaan dan menjaga pola hidup yang sehat seperti tidak merokok, menghindari makanan yang berlemak dan kolesterol tinggi. Produktivitas akan meningkatkan rasa harga diri dan kebermaknaan hidup lansia, dengan melakukan pekerjaan baru atau memberikan perhatian pada hal-hal tertentu dan memberikan manfaat pada orang lain dan lingkungan tentunya memberikan nilai plus tersendiri.

Banyak hal sederhana yang bisa dilakukan yang justru bagi orang lain akan sangat berarti. Ryff (dalam Adult Development and Aging, 2002) yang dikutip dari memberikan beberapa aspek dan indikator yang bisa mengukur tingkat kesejahteraan atau kebahagiaan lansia, seperti tertera pada tabel berikut :
No Aspek yang bisa mengukur kualitas hidu lansia Nilai Tinggi Rendah
1. Self-Acceptance memiliki sikap yang positif pada diri sendiri, menerima diri baik aspek yang positif maupun negatif, memandang positif masa lalu merasa tidak puas terhadap diri sendiri, kecewa dengan masa lalu, ingin menjadi orang yang bebeda dari dirinya saat ini
2. Positive Relation with Others merasa puas, percaya berhubungan dengan orang lain; memikirkan kesejahteraan orang lain; memiliki empati, affection dan intimacy; dalam suatu hubungan dapat saling mengerti, memberi, dan menerima tidak nyaman dekat dengan orang lain, merasa terisolasi dan frustasi jika berhubungan dengan orang lain, tidak bisa terikat dengan orang lain
3. Autonomy mandiri,mampu mempertahankan diri dari pengaruh luar (tidak konformitas), mampu mengatur diri, mampu mengevaluasi diri terlalu memperhatikan harapan dan evaluasi dari luar, tidak membuat keputusan sendiri (minta bantuan dari orang lain untuk mengambil keputusan penting), konformitas.
4. Environmental Mastery mengatur lingkungan, mampu mengatur aktivitas luar, mampu memnfaatkan kesempatan yang datang secara efektif, mampu memilih dan menciptakan konteks yang cocok dengan kebutuhan dan nilai personal sulit mengatur kegiatan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau memperbaiki lingkungan, mengabaikan kesempatan yang hadir, tidak dapat mengontrol pengaruh dari luar
5. Purpose in Life memiliki tujuan hidup, merasakan masa kini dan masa lalu adalah berarti, memiliki keyakinan hidup kurang memiliki keberartian hidup, sedikit memiliki tujuan hidup, tidak menganggap tujuan hidupnya di masa lalu, tidak memiliki keyakinan dalam hidup.
6. Personal Growth selalu punya keinginan mengembangkan diri, terbuka dengan pengalaman baru, menyadari potensi yang dimiliki, selalu memperbaiki diri dan tingkah laku personal stagnation, tidak dapat meningkatkan dan mengembangkan diri, merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru.

Sumber :psychomate dimodifikasi oleh syamsuddin (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being (Andrew and Robinson 1991 dalam skripsi “Gambaran Psychological Well-Being pada Lansia yang terlibat dalam kelompok ‘Kencana’ oleh Endah Puspita Sari (2004) yang dikutip dari pshymate:
a. Faktor kepribadian Hasil penelitian yang dilakukan oleh Costa dan McCrae (1980) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian extroversion dan neurotis dengan psychological well-being
b. Faktor dukungan sosial Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan sosial dari lingkungan sekitar individu akan sangat mempengaruhi psychological well-being yang dirasakan oleh individu tersebut.
c. Faktor pengalaman hidup Interpretasi individu terhadap pengalaman hidupnya akan berpengaruh pada penilaian individu terhadap kehidupannya secara umum.


Artikel dari Kementerian Sosial RI http://www.kemsos.go.id/

Share this post :

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)

 
Support : Jadwal Training 2016 | Informasi Training dan Seminar Indonesia | Mas Template
Copyright © 2011. WWW.SINTANG.COM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger