Headlines News :
Home » » Kapan Kita (Mahasiswa) Berubah?

Kapan Kita (Mahasiswa) Berubah?

Written By Unknown on Tuesday, 29 March 2011 | 07:43

Mahasiswa Dalam Aksi dan Pergolakan Pemikiran (sebuah sumbang saran) adalah upaya mewujudkan kesatuan Pergerakan Mahasiswa. Hari ini kita masih merasakan adanya perpecahan di kalangan mahasiswa, hal itu dianggap suatu hal yang biasa sebagai konsekuensi logis dari Demokrasi dengan kebebasan berserikat dan berpendapat. Tetapi sampai kapan harus Berpecah Belah? Dalam bahasa sederhannya masih ada penerapan “management kepiting” di lingkungan mahasiswa sendiri. Padahal masih banyak Agenda-agenda penting Kampus, Masyarakat, Negara yang kemudian membutuhkan sentuhan Mahasiswa di dalamnya. Idealisme itu bukan hanya berada di luar sistem yang ada, terkadang kita harus masuk kedalam sistem dan perbaiki sistem itu dari dalam.

Aksi hari ini janganlah di sempitkan maknanya hanya sekedar turun ke jalan menuntut ini dan itu. Tetapi kita buka jalan dan defenisi seluas-luasnya untuk Aksi Mahasiswa yang tentu niatan awalnya murni dari suara hati. Bukan Hasil Intervensi Partai Politik, Ormas,dan pihak ketiga yang berkepentingan. Pergerakan Mahasiswa berbasiskan Ilmu Pengetahuan (student movement based on knowledge) bisa menjadi salah satu alternatif pilihan gerakan mahasiswa yang hendak mengimplementasikan Aksi-aksi perbaikan Kampus, Mayarakat, dan Negara. Bagaimana dengan Disiplin Ilmu yang kita pelajari, kita mampu berkontribusi buat lingkungan di sekitar kita. Boleh lah di katakan kita belajar sekaligus menerapkan Ilmu yang kita dapat di “laboratorium kehidupan’ yang luas ini.

Pergerakan mahasiswa di tingkat kampus kerap di pengaruhi gerakan-gerakan ekstraparlementer yang kemudian masuk kedalam ranah pergulatan pemikiran mahasiswa yang berdampak pada Aksi-Aksi yang di lakukannya buat Kampus, Masyarakat dan Negara. Gerakan Mahasiswa Ekstraparlementer pada hakekatnya baik untuk wadah pengembangan kepribadian mahasiswa itu sendiri tapi terkadang Gerakan Ekstraparlementer ini di anggap sebagai “biang kerok” perpecahan mahasiswa. Ada beberapa alasan yang menyebabkan Gerakan Ekstraparlementer di Cap sebagai “alat pemecah persatuan Mahasiswa” diantaranya adalah “rebutan” kader dari internal kampus, keterlibatan aktif dalam pergerakan internal kampus yang di lakukan oleh kader-kader hasil rekruitment dari kampus yang bersangkutan. contoh kasus dalam pemilihan raya kampus (pemilihan ketua BEM,SENAT dll) ajang ini menjadi penting buat pendidikan demokrasi di kampus, tapi karena dampak “ketidakdewasaan” dalam berdemokrasi, yang menjadi pemenang terkadang menjadi sombong dan “menutup pintu” bagi Gerakan ektra lain yang menjadi “lawan politik” dalam ajang “pemilu kampus” tersebut. Dan yang kalah cenderung menjauh dan menjadi “oposisi permanen kampus”.

Bolehlah kita menganggap hal ini sebagai suatu hal yang biasa dalam proses belajar. Tetapi kalau kebiasaan saling tarik menarik, menjatuhkan sana-sini, mempertahankan Hagemoni guna mengawal kepentingan Golongan. Maka yang tergolong kategori kebiasaan Buruk ini akan “merasuk ke alam bawah sadar Mahasiswa”. Mudahnya saja, kalau urusan kekuasaan di kampus mahasiswa sudah begitu gampangnya saling membenci, bagaimana dengan urusan yang lebih besar?, sudah barang pasti energi kita akan habis mengurusi perdebatan dan pertarungan buta ini. Lalu, kapan kita Kontribusinya buat Rakyat? maka dosa besar kalau kemudian Kebencian-kebencian itu “diwariskan” ke adik-adik angkatannya.

Aksi dan Pergulatan Pemikiran mahasiswa sering sekali menjadi “batu besar” yang menghalangi jalannya “air” dari hulu ke hilir. Di mana mahasiswa sering sekali berdebat hebat tentang mana yang lebih penting, mana yang harus di dahulukan, mana yang cocok dengan kondisi kekinian antara vertical Movement dan horizontal Movement. Padahal kedua pergerakan ini menjadi “Ruh Perjuangan Mahasiswa” yang kemudian menjadi elemen unik pembentuk karakter Gerakan Mahasiswa. Pergulatan pemikiran yang tak berujung membuat mahasiswa “sibuk” dengan urusan hagemoni dan agenda-agenda Golongannya. Padahal dalam sila ke-3 pancasila kita di ajarkan tentang “persatuan Indonesia”. Kebebasan itu boleh-boleh saja, karena konstitusi menjamin hal itu. Tapi jangan “kebablasan” berujung “egosentris” dan suka membeda-bedakan diri dari yang lainnya. Mahasiswa itu satu, untuk Kampus, Masyarakat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga Bermanfaat.
Share this post :

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)

 
Support : Jadwal Training 2016 | Informasi Training dan Seminar Indonesia | Mas Template
Copyright © 2011. WWW.SINTANG.COM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger