Berulang kali saya nyatakan dalam setiap memberikan sambutan sewaktu mewisuda dan penerimaan mahasiswa baru, Selalu saya tegaskan bahwa tujuan dari mendirikan perguruan tinggi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan untuk memperluas usaha, tidak bertujuan Komersil.(H. Probosutedjo, dalam Buku “Visi dan Liku-liku Keberhasilan Sebagai Pengusaha Nasionalis)
Sengaja saya menyelipkan beberapa pernyataan yang diberikan oleh pendiri sekaligus pemilik yayasan Menara Bhakti dan Wangsa Manggala, yang menaungi dua Universitas (Mercu Buana Jakarta dan Yogyakarta) yang cukup terkenal di Indonesia dan juga sebagai cikal bakal berdirinya Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Yaitu bapak H. Probosutedjo agar nanti adanya persamaan persepsi antara saya dan pembaca tentang bagaimana tujuan awal didirikannya kampus kita tercinta ini.
Lahirnya tulisan ini hanya sebagai pengingat kepada para pihak rektorat yang bertugas sebagai pengambil kebijakan dan keputusan didalam institusi kampus agar senantiasa mengikuti dan mengamalkan apa yang di amanahkan dan menjadi cita-cita awal pendiri sekaligus pemilik kampus tercinta ini, yang sedari awal berdiri hingga saat ini tidak pernah mengambil keuntungan dari hasil uang pendaftaran mahasiswa, Uang kuliah dan sebagainya. Pesan-pesan yang disampaikan beliau tentunya sangat mulia “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Namun, Seiring berjalannya waktu kampus menjadi semakin progresif mengkomersilkan diri dan menjadi bagian dari tim sukses “Kapitalisme Pendidikan”. Kampus sudah menempatkan diri sebagai arena pasar yang menjadi perebutan berbagai kekuatan ekonomi.
Zaman dimana pendidikan itu murah tampaknya sudah usai dikampus ini. Slogan hanya tinggal slogan. Mencerdaskan anak negeri hanya tinggal janji untuk memperkaya diri. Kini wajah pendidikan semakin dicemari oleh mahalnya biaya dan kekerasan didalamnya. Para korbannya lagi-lagi adalah orang miskin yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini. Kepercayaan atas pendidikan semakin luntur, apalagi jaminan masa depannya juga kabur.
Memang setelah adanya pergantian tampuk kepemimpinan, Universitas kita mengalami banyak perubahan dari sebelumnya. Terlihat diberbagai tempat sudah ada Space iklan yang terpasang “Mercu Buana Lebih Baik”, tidak seperti sebelumnya, Spanduk-spanduk hanya terlihat dilingkup kampus saja. Namun, efek dari perubahan ini berimbas kepada mahasiswa. Pihak kampus seakan-akan tidak mentolerir bagi mahasiswa yang terlambat membayar uang SPP serta lainnya. Kalaupun ada tolerir hanya diberikan setengah hati. Seperti yang terjadi pada UTS maupun UAS pada semester ini. Jelas terpampang spanduk warna hijau disetiap fakultas bertuliskan “ SELAMAT DAN SUKSES MENEMPUH UJIAN AKHIR SEMESTER” dibawah kalimat itu bertuliskan yang salah satu syaratnya harus melunasi SPP tetap sampai bulan Februari. Keputusan ini membuat banyak mahasiswa bertanya Kenapa harus sampai februari, khan februari libur? Dan ujian juga hanya dibulan januari? Kenapa bayarnya harus sampai februari?kalaupun toh februari harus bayar ya khan bulan februari tanggal 10 jatuh tempo masih lama? Tentunya ini menjadi tanda Tanya besar. Apakah kebijakan itu bagian dari ketidak percayaan kampus pada mahasiswa? Atau memang kampus sudah tidak punya toleransi pada mahasiswa yang berasal dari keluarga menengah kebawah dan yang harus banting tulang untuk membiayai kuliah sendiri, dimana setiap bulan kiriman atau gajinya hanya mampu untuk membayar SPP dan kebutuhan hidupnya sehari-hari? Dan masih banyak yang lainnya yang menjadi tanda Tanya yang besar kepada pihak kampus ini.
Hal-hal diatas itulah yang saya katakan sebelumnya Tolerir setengah hati. Bagaimana tidak, disatu sisi memberikan keringanan dengan adanya dispensasi agar mahasiswa dapat mengikuti proses ujian, disisi lain mahasiswa harus membayar pada bulan yang tidak seharusnya dibayar pada bulan tersebut kan setengah hati namanya. Iya, kalau ada kalau tidak ada mau bagaimana? Memangnya bisa mendapatkan uang dalam waktu sekejab mata, harus bekerja dulu Pak … Buk.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, ada baiknya saya berpesan kepada para pengambil kebijakan diatas sana yaitu pihak rektorat agar benar-benar bijak dalam mengambil keputusan, agar kampus ini senantiasa menjadi kampus yang benar-benar berpihak pada semua golongan yang ada dikampus. Masa sih .. hanya karena tidak bisa melunasi SPP sebulan dua bulan mahasiswa tidak boleh mengikuti ujian lalu harus mengulang lagi mata kuliah yang sama pada semester berikutnya, kan harus mengeluarkan banyak biaya lagi? Dimana hati nurani bapak ibu?
Maka lewat tulisan ini saya mengajak teman-teman mahasiswa untuk menuntut hak kita kepada pihak Universitas, Yaitu :
Tolak pengusiran dari ruang kelas pada saat ujian dan Biarkan yang belum membayar lunas administrasi tetap mengikuti “UJIAN”.
Kalau memang kampus masih punya akal sehat untuk membuat pendidikan yang mudah, murah berubahlah dari sekarang atau masih berpegang pada ketololan dengan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada mahasiswa seperti sekarang ini? Tunggu saja masa-masa kehancuran itu akan datang. Karena, mulut satu orang bisa mempengaruhi sepuluh orang dan seterusnya… tentang kampus ini.
Ketika kampus tidak percaya pada mahasiswa, maka mahasiswapun akan lebih tidak percaya.(BS2012)
Salam Lebih baik.
“BIARKAN YANG BELUM MEMBAYAR LUNAS TETAP UJIAN, KARENA ITU JUGA HAK MEREKA”
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)