Arti Dari Stres
Tekanan
atau stres pada umumnya adalah pemikiran didalam terminologi yang negatif.
Disebabkan oleh sesuatu yang tidak baik
untuk dipikirkan. sebagai contoh, seorang karyawan stress karena dipindah
tugaskan di daerah terpencil. Tetapi ada juga stress yang menyebabkan akibat
positif, sisi yang menyenangkan tentang tekanan disebabkan oleh berbagai hal
yang baik, sebagai contoh, seorang karyawan ditawarkan pada suatu promosi
pekerjaan yang lebih menantang, ia mengalami stress maka tekanan ini
menyebabkan suatu tantangan dalam diri karyawan yang menyebabkan giat bekerja.
Ini adalah suatu contoh dari eustres ( stress positif).
Definisi
Stres dan Hubungannya Dengan Burnout
Matheson
menggambarkan secara sederhana stress kerja adalah suatu tekanan dalam
interaksi individu dengan lingkungan yang ditengahi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, menyangkut konsekwensi tentang segala tindakan eksternal
(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menekan kondisi psikologis dan fisik
seseorang.Beehr dan Newman menggambarkan stress atau tekanan pekerjaan adalah
suatu kondisi yang timbul dari interaksi antara orang-orang dengan pekerjaannya
yang ditandai oleh penyimpangan dalam tugas-tugas yang biasa dilakukan. Dari
dua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa stress digambarkan sebagai
suatu tanggapan yang adaptip yang menyangkut kondisi fisik dan psikologis atau
penyimpangan perilaku oleh orang-orang dalam organisasi (lingkungan kerja).
Hal-Hal
Penting Yang Menyangkut Stress / Tekanan :
- Stres / tekanan bukan sekedar anxiety (kecemasan). Kecemasan hanya menyangkut aspek psikologis dan emosional, sedangkan stress menyangkut aspek psikologis, emosional dan juga lapisan phsiological. Dengan begitu dalam stress mungkin diikuti oleh kecemasan, tetapi keduanya sangatlah berbeda.
- Stres bukan sekedar kegelisahan biasa. Kegelisahan bisa disebabkan oleh stress / tekanan, tetapi keduanya tidaklah sama. Terkadang orang-orang yang mengalami stress tidak terlihat gelisah (menyembunyikan tekanan yang dialaminya).
- Tekanan tidak selalu suatu hal yang merusakkan, tidak baik atau untuk dihindari. Eustress bukanlah suatu hal yang buruk tetapi hal ini menyebkan suatu hal positif. Kuncinya adalah bagaimana orang menangani stress atau tekanan tersebut. Apakah dihindari, dicegah atau secara efektif dapat dikendalikan.
Dewasa ini ada istilah popular yaitu burnout, para
ahli berpendapat bahwa burnout terkait dengan tekanan / stress namun dengan
kondisi yang berbeda. Walaupun keduanya amatlah mirip namun keduanya tidak
dapat disamakan, burnout adalah kelelahan emosional, depersonalisasi dan
pemenuhan pribadi demitted. Dalam hal ini burnout adalah stress dengan
perlakuan yang berbeda.
Latar
Belakang Stress
Hans Selye sebagai orang pertama yang mempopulerkan
istilah stress. Dalam penelitiannya dia menyebutkan ada suatu hormon seks
tertentu yang menyebabkan kerusakan jaringan sebagai reaksi adaptasi karena
adanya tekanan dari luar. Fenomena tersebut dinamai dengan General Adaptation
Syndrome ( GAS ) dan kemudian dia menyebutnya dengan istilah stress atau
tekanan.
GAS mempunyai 3 tahapan respon terhadap stressor yaitu
- Alarm stage, yaitu orang mereaksi beberapa stimulus, contohnya panic, kaget, lari atau menghindari masalahnya.
- Resistance stage, yaitu upaya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan kekuatan fisik dan psikisnya , bias positif atau negative.
- Exhaustion stage, yaitu kondisi yang menyerah (stress).
Penyebab
Stres
1. Penyebab dari luar organisasi
Meskipun kebanyakan analisis mengabaikan
penyebab stress dari luar organisasi, namun ternyata penyebab dari luarlah yang
lebih meningkatkan stress itu sendiri. Mengambil dari perspektif system terbuka
dalam organisasi, stress tidak hanya terjadi dalam organisasi atau pada jam-jam
kerja. Penyebab di luar organisasi meliputi hal-hal sebagai berikut perubahan
teknologi, keluarga, penempatan, kondisi keuangan dan ekonomi, suku dan ras
serta kondisi masyarakat.
2. Penyebab dari dalam organisasi
Di
samping alat penekan yang potensial yang terjadi di luar organisasi, ada juga
penyebab dari dalam organisasi. Walaupun
organisasi terdiri dari kelompok dan individu, ada juga tingkatan dimensi yang
lebih besar, pada hal-hal tertentu dalam organisasi dapat menjadi alat yang
potensial menyebabkan stress. Kategorisasi tingkatan stress yang lebih besar
untuk menyebabkan stress kerja yaitu strategi dan kebijakan administratif,
struktur organisasi dan desain, proses organisasi, dan kondisi kerja.
Penggolongan
Stressors
Kelompok dalam pekerjaan dapat pula
menjadi penyebab stress atau disebut stressors. Kelompok dapat menjadi
stressors apabila :
- Ketiadaan kohesivitas ( perpaduan ) kelompok.
Pada
awalnya menurut sejarah terkenal Hawthorne
tentang belajar, ( dibahas dalam bab1 ), sangat jelas bahwa kohesivitas atau
kebersamaan sangatlah penting bagi karyawan, terutama untuk karyawan pada
tingkat rendah dalam organisasi. Jika seorang karyawan di tolak dalam
kelompoknya karena desain kerja yang membatasinya maka kondisi ini akan
menyebabkan stress.
- Ketiadaan dukungan social
Karyawan
akan sangat terpengaruh oleh dukungan dari satu atau lebih anggota dari suatu
kelompok yang kompak. Dengan berbagi tentang masalah yang dihadapi ataupun
berbagi kebahagiaan dengan sesama anggota maka membuat karyawan akan merasa
lebih baik. Dengan tidak adanya dukungan social bagi individu maka pada situasi
tersebut akan rentan terjadi stress.
- Dalam diri individu, hubungan antar pribadi / sesama anggota, dan konflik antar kelompok.
Konflik
adalah hal yang sangat lekat untuk menjadi penyebab stress. Konflik adalah
suatu kondisi yang membuat adanya permusuhan atau pertentangan baik dalam diri
individu itu sendiri ataupun dalam kelompok, misalnya dalam pencapaian tujuan
atau pemuasan kebutuhan bagi individu itu sendiri.
Penyebab
Stres Dari Dalam Diri Individu
Stress
dapat timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Seperti misalnya konflik
peranan, kerancuan / ambiguitas, dan watak / karakter individu seperti
kepribadian pola teladan, kontrol diri, ketidakmampuan, dan aspek psikologis
dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang.
Konflik
peran dapat dialami karyawan karena karyawan mempunyai multi peran yaitu peran
di keluarga dan di organisasi sehingga terjadi kebingungan untuk membagi
perannya. Stress tidak akan terjadi apabila ada keseimbangan antara perannya
dalam pekerjaan dan perannya dalam keluarga.
Ambiguitas
dapat dialami karyawan karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang
pekerjaannya. Ambiguitas dapat diatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan
pada karyawan sehingga mereka ahli dalam menyelesaikan pekerjaaanya.
Watak
atau kepribadian akan sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme kerja
seseorang. Menurut Meyer Friedmen & Ray Rosenman ada 2 profil kepribadian
dalam lingkungan kerja yaitu tipe A dan tipe B. Individu tipe A mempunyai sifat
: sangat kompetitif, memiliki komitmen tinggi dengan pekerjaan dan memiliki
kepekaan tinggi dengan pentingnya waktu. Individu tipe B mempunyai sifat :
kurang kompetitif, kurang komitmen terhadap pekerjaan dan memiliki kepekaan
yang kurang dengan pentingnya waktu. Namun mereka mengatakan bahwa individu
tidak murni berkepribadian tipe A atau tipe B.
Riset
Kobasa mengemukakan bahwa mereka yang mau bekerja keras dan tabah dalam
menjalani kehidupan akan mampu bertahan hidup dan bahkan tumbuh berkembang.
Dampak
Stress Kerja
Stres bagi karyawan
tidak selalu berakibat negative dalam pengembangan penampilan kerja karyawan
namun dapat berakibat positif bila dikelola dengan baik. Pada kenyataannya pada
level stress yang rendah justru dapat meningkatkan produksivitas karyawan.
Sebagai contoh orang-orang yang bekerja dibawah tekanan waktu ( diburu waktu)
seperti wartawan surat
kabar dan televise maka mereka akan melakukan pekerjaaanya dengan segera.
Disini jelas bahwa waktu sebagai factor tekanan dapat meningkatkan
produktivitas pekerja.
Berbagai
penelitian membuktikan bahwa stressors dapat meningkatkan kerja seperti
tingkatan tugas yang lebih sukar dapat membuat pekerja berupaya menyelesaikan
dan setelah menyelesaikan tugas tersebut percaya diri pekerja akan meningkat.
Adapun penjelasan pengaruh stressors dapat mempengaruhi penyelesaian tugas
adalah :
- Banyak tugas justru dapat terselesaikan dengan cepat apabila didalamnya terdapat factor penekan ( stressors ), seperti misalnya tantangan untuk menyelesaikan tugas pada level yang lebih tinggi.
- Semakin tinggi tingkatan stressors maka performance pada karyawanpun akan semakin naik apabila dapat menyelesaikan tugas yng didalamnya terdapat stressors tersebut.
Dari kondisi diatas maka saat ini perusahaan-perusahaan
mengembangkan stressors untuk meningkatkan sumber daya manusia agar lebih
efektif. Pengembangan stressors terbukti sangat meningkatkan produktivitas
sumber daya manusia di perusahaan. Dampak dari stress dapat berpengaruh
pada kondisi fisik, psikologis, atau perilaku individu itu sendiri.
Dampak
Fisik Dari Stress
Dari hasil
penelitian yang ada, stress memberikan dampak atau akibat pada kondisi fisik
dari individu. Stress yang tinggi dapat mengakibatkan seseorang menderita
tekanan darah tinggi dan naiknya kolesterol sehingga dapat menyebabkan serangan
jantung, radang sendi bahkan kanker. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mattes, mengungkapkan bahwa sekitar 4000 karyawan di Skotlandia mengidap
penyakit jantung karena stress yang tinggi. Ini membuktikan bahwa stress dapat
berakibat pada kesehatan fisik seseorang.
Dampak
Psikologis Dari Stress
Secara langsung
ataupun tidak langsung stress dapat berakibat pada kondisi psikologis
seseorang. Pada level yang tinggi stress dapat mengakibatkan individu menjadi
pemarah, gugup, cemas, depresi, tegang dan bosan. Dari hasil penelitian
terbaru, akibat stress yang paling kuat adalah menyebabkan individu berperilaku
agresif seperti sabotase, permusuhan antar pribadi dan tindakan-tindakan agresi
lainnya. Pada umumnya karyawan pada level rendah lebih rentan mengalami stress
karena ketika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya dia menjadi putus asa dan
tidak percaya diri. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan individu tersebut
melakukan tindakan yang merugikan perusahaan atau instansi dimana dia bekerja.
Contoh lain yaitu pekerja yang bekerja dibawah tekanan atasan yang otoriter
justru akan menunda-nunda pekerjaan dan teledor bila suatu waktu tidak diawasi
atasan tersebut. Dari bahasan diatas jelas bahwa stress sangat berpengaruh pada
kondisi psikologis seseorang.
Dampak
Stress Terhadap Perilaku Individu
Stress pada level
yang tinggi dapat berpengaruh pada perilaku individu seperti misalnya malas
makan, makan berlebihan, tidak dapat tidur, meningkatnya perilaku merokok dan
minum-minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 6% dari populasi yang mengalami stress memilih
untuk menjadi pecandu alkohol, 10% menjadi peminum minuman keras, dan 6 miliar
dosis obat tidur dan amfetamin dokonsumsi tiap tahunnya.
Penilitian membuktikan bahwa jumlah
pecandu dan peminum minuman keras meningkat pesat ketika prosentase stress
meningkat. Dampak stress terhadap perilaku lebih mudah dicegah atau ditangani
bila dibandingkan dampak stress terhadap fisik dan psikologis seseorang.
Penanganan dampak ini dapat dikontrol atau dicegah dengan simpati dari
teman-teman kerja serta lingkungannya.
Strategi
Mengelola Stress
Beberapa stategi dapat diterapkan
dan dikembangkan untuk membantu mengelola stress. Stress dapat dikelola
oleh individu itu sendiri ( mekanisme
coping individual ) maupun bila terjadi di tempat kerja maka stress dapat
dikelola dengan strategi organisasi.
- Mekanisme Coping Individual
Beberapa teknik yang dilakukan individu untuk mengurangi atau
mengelola stress antara lain :
a. Olahraga
Individu dapat mengelola atau mengurangi stress
dengan cara melakukan olahraga, seperti misalnya lari, jalan sehat, renang,
bersepeda, bermain softball, tennis dan lainnya. Dengan berolahraga individu
dapat mengurangi resiko terserang penyakit jantung dan penyakit lainnya yang
disebabkan karena stress tersebut.
b. Relaksasi
Individu dapat melakukan relaksasi dengan cara
meditasi atau hanya dengan duduk tenang dan
melepaskan semua masalah yang ada. Teknik ini dapat mengurangi
kegelisahan-kegelisahan yang disebabkan oleh stress sehingga tidak ada lagi
dampak negative dari stress yang dialaminya.
c. Pengendalian
perilaku
Yaitu dengan mengendalikan perilaku, individu tidak
mudah terbawa situasi dan dapat mengendalikan diri sehingga dia mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang membuatnya tidak nyaman.
d. Terapi
kognitf
Ada
banyak teknik terapi seperti misalnya Ellis’s rational emotive model dan
Meichenbaum’s cognitive behavior modification telah berhasil digunakan untuk
mengurangi kecemasan dan sebagian digunakan sebagai strategi untuk mengurangi
stress kerja.
e. Kelompok
dukungan
Individu membentuk terapi kelompok yaitu
orang-orang yang mengalami masalah sejenis dan saling sharing. Atau mencari
teman-teman yang dapat menjadi teman curhat. Dukungan dari teman-teman ataupun
keluarga sangatlah dapat mengurangi beban bagi individu tersebut.
- Stategi Organisasional
Adalah
program manajemen stress untuk mengurangi atau mengendalikan stress kerja
karyawan dalam lingkungan kerja atau organisasi. Strategi organisasional dapat
meliputi :
a. Menciptakan
iklim atau suasana kerja yang mendukung. Suasana kerja yang monoton, kebijakan
dan aturan yang berlaku relative lama, maka akan menimbulkan kejenuhan dan
stress kerja bagi karyawan. Untuk mengurangi kejenuhan dan stress tersebut maka
dapat dilakukan dengan menciptakan iklim atau suasana kerja yang baru. Misalnya
mendesain ulang kantor, mengganti kebijakan-kebijakan dan aturan kerja,
perubahan jadwal kerja dan lain sebagainya.
b. Menyusun
perencanaan tugas baru.
Perencanaan tugas baru dapat dilakukan
dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan, seperti variasi ketrampilan,
identitas tugas, mengambil arti, otonomi dan umpan balik.
c. Mengurangi
konflik dan memperjelas peran organisatoris
Pertentangan peran atau konflik peran dan ambiguitas
dikategorikan sebagai stressors utama bagi individu, sehingga hal ini harus
ditangani terlebih dahulu untuk mengurangi stress. Individu harus tahu perannya dalam organisasi sehingga
tidak merasa kebingungan untuk membedakan antara perannya dalam keluarga (
social ) dengan perannya dalam organisasi.
d. Rencana
dan pengembangan karir
Pengembangan
karir membantu individu untuk meraih karier objektifnya. Dalam hal ini meliputi
pelatihan keterampilan, pembekalan dan umpan balik penampilan kerja,
perencanaan rotasi jabatan. Bila ada perencanaan pengembangan karir sejak awal
maka individu tidak lagi merasa bingung dan stress karena sudah terkontrol.
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)