Headlines News :
Home » » Stres Kerja

Stres Kerja

Written By Unknown on Wednesday, 11 December 2013 | 22:20





Arti Dari Stres
Tekanan atau stres pada umumnya adalah pemikiran didalam terminologi yang negatif. Disebabkan oleh sesuatu  yang tidak baik untuk dipikirkan. sebagai contoh, seorang karyawan stress karena dipindah tugaskan di daerah terpencil. Tetapi ada juga stress yang menyebabkan akibat positif, sisi yang menyenangkan tentang tekanan disebabkan oleh berbagai hal yang baik, sebagai contoh, seorang karyawan ditawarkan pada suatu promosi pekerjaan yang lebih menantang, ia mengalami stress maka tekanan ini menyebabkan suatu tantangan dalam diri karyawan yang menyebabkan giat bekerja. Ini adalah suatu contoh dari eustres ( stress positif).

Definisi Stres dan Hubungannya Dengan Burnout
Matheson menggambarkan secara sederhana stress kerja adalah suatu tekanan dalam interaksi individu dengan lingkungan yang ditengahi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, menyangkut konsekwensi tentang segala tindakan eksternal (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menekan kondisi psikologis dan fisik seseorang.Beehr dan Newman menggambarkan stress atau tekanan pekerjaan adalah suatu kondisi yang timbul dari interaksi antara orang-orang dengan pekerjaannya yang ditandai oleh penyimpangan dalam tugas-tugas yang biasa dilakukan. Dari dua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa stress digambarkan sebagai suatu tanggapan yang adaptip yang menyangkut kondisi fisik dan psikologis atau penyimpangan perilaku oleh orang-orang dalam organisasi (lingkungan kerja).
Hal-Hal Penting Yang Menyangkut Stress / Tekanan :
  1. Stres / tekanan bukan sekedar anxiety (kecemasan). Kecemasan  hanya menyangkut  aspek psikologis dan emosional, sedangkan stress menyangkut aspek psikologis, emosional dan juga lapisan phsiological. Dengan begitu dalam stress mungkin diikuti oleh kecemasan, tetapi keduanya sangatlah berbeda.
  2. Stres  bukan sekedar kegelisahan biasa.  Kegelisahan bisa disebabkan oleh stress / tekanan, tetapi keduanya tidaklah sama. Terkadang orang-orang yang mengalami stress tidak terlihat gelisah (menyembunyikan tekanan yang dialaminya).
  3. Tekanan tidak selalu suatu hal  yang merusakkan, tidak baik atau untuk dihindari. Eustress bukanlah suatu hal yang buruk tetapi hal ini menyebkan suatu hal positif. Kuncinya adalah bagaimana orang menangani stress atau tekanan tersebut. Apakah dihindari, dicegah atau secara efektif dapat dikendalikan.

Dewasa ini ada istilah popular yaitu burnout, para ahli berpendapat bahwa burnout terkait dengan tekanan / stress namun dengan kondisi yang berbeda. Walaupun keduanya amatlah mirip namun keduanya tidak dapat disamakan, burnout adalah kelelahan emosional, depersonalisasi dan pemenuhan pribadi demitted. Dalam hal ini burnout adalah stress dengan perlakuan yang berbeda.

Latar Belakang Stress
Hans Selye sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah stress. Dalam penelitiannya dia menyebutkan ada suatu hormon seks tertentu yang menyebabkan kerusakan jaringan sebagai reaksi adaptasi karena adanya tekanan dari luar. Fenomena tersebut dinamai dengan General Adaptation Syndrome ( GAS ) dan kemudian dia menyebutnya dengan istilah stress atau tekanan.
GAS mempunyai 3 tahapan respon terhadap stressor yaitu
  1. Alarm stage, yaitu orang mereaksi beberapa stimulus, contohnya panic, kaget, lari atau menghindari masalahnya.
  2. Resistance stage, yaitu upaya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan kekuatan fisik dan psikisnya , bias positif atau negative.
  3. Exhaustion stage, yaitu kondisi yang menyerah (stress).

Penyebab Stres  
1. Penyebab dari luar organisasi
Meskipun kebanyakan analisis mengabaikan penyebab stress dari luar organisasi, namun ternyata penyebab dari luarlah yang lebih meningkatkan stress itu sendiri. Mengambil dari perspektif system terbuka dalam organisasi, stress tidak hanya terjadi dalam organisasi atau pada jam-jam kerja. Penyebab di luar organisasi meliputi hal-hal sebagai berikut perubahan teknologi, keluarga, penempatan, kondisi keuangan dan ekonomi, suku dan ras serta kondisi masyarakat.
2. Penyebab dari dalam organisasi
     Di samping alat penekan yang potensial yang terjadi di luar organisasi, ada juga penyebab dari dalam organisasi.  Walaupun organisasi terdiri dari kelompok dan individu, ada juga tingkatan dimensi yang lebih besar, pada hal-hal tertentu dalam organisasi dapat menjadi alat yang potensial menyebabkan stress. Kategorisasi tingkatan stress yang lebih besar untuk menyebabkan stress kerja yaitu strategi dan kebijakan administratif, struktur organisasi dan desain, proses organisasi, dan kondisi kerja.
Penggolongan Stressors
            Kelompok dalam pekerjaan dapat pula menjadi penyebab stress atau disebut stressors. Kelompok dapat menjadi stressors apabila :
  1. Ketiadaan kohesivitas ( perpaduan ) kelompok.
Pada awalnya menurut sejarah terkenal Hawthorne tentang belajar, ( dibahas dalam bab1 ), sangat jelas bahwa kohesivitas atau kebersamaan sangatlah penting bagi karyawan, terutama untuk karyawan pada tingkat rendah dalam organisasi. Jika seorang karyawan di tolak dalam kelompoknya karena desain kerja yang membatasinya maka kondisi ini akan menyebabkan stress.
  1. Ketiadaan dukungan social
Karyawan akan sangat terpengaruh oleh dukungan dari satu atau lebih anggota dari suatu kelompok yang kompak. Dengan berbagi tentang masalah yang dihadapi ataupun berbagi kebahagiaan dengan sesama anggota maka membuat karyawan akan merasa lebih baik. Dengan tidak adanya dukungan social bagi individu maka pada situasi tersebut akan rentan terjadi stress.
  1. Dalam diri individu, hubungan antar pribadi / sesama anggota, dan konflik antar kelompok.
Konflik adalah hal yang sangat lekat untuk menjadi penyebab stress. Konflik adalah suatu kondisi yang membuat adanya permusuhan atau pertentangan baik dalam diri individu itu sendiri ataupun dalam kelompok, misalnya dalam pencapaian tujuan atau pemuasan kebutuhan bagi individu itu sendiri.




Penyebab Stres Dari Dalam Diri Individu
Stress dapat timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Seperti misalnya konflik peranan, kerancuan / ambiguitas, dan watak / karakter individu seperti kepribadian pola teladan, kontrol diri, ketidakmampuan, dan aspek psikologis dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang.
Konflik peran dapat dialami karyawan karena karyawan mempunyai multi peran yaitu peran di keluarga dan di organisasi sehingga terjadi kebingungan untuk membagi perannya. Stress tidak akan terjadi apabila ada keseimbangan antara perannya dalam pekerjaan dan perannya dalam keluarga.
Ambiguitas dapat dialami karyawan karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang pekerjaannya. Ambiguitas dapat diatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan pada karyawan sehingga mereka ahli dalam menyelesaikan pekerjaaanya.
Watak atau kepribadian akan sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme kerja seseorang. Menurut Meyer Friedmen & Ray Rosenman ada 2 profil kepribadian dalam lingkungan kerja yaitu tipe A dan tipe B. Individu tipe A mempunyai sifat : sangat kompetitif, memiliki komitmen tinggi dengan pekerjaan dan memiliki kepekaan tinggi dengan pentingnya waktu. Individu tipe B mempunyai sifat : kurang kompetitif, kurang komitmen terhadap pekerjaan dan memiliki kepekaan yang kurang dengan pentingnya waktu. Namun mereka mengatakan bahwa individu tidak murni berkepribadian tipe A atau tipe B.
Riset Kobasa mengemukakan bahwa mereka yang mau bekerja keras dan tabah dalam menjalani kehidupan akan mampu bertahan hidup dan bahkan tumbuh berkembang.


Dampak Stress Kerja
          Stres bagi karyawan tidak selalu berakibat negative dalam pengembangan penampilan kerja karyawan namun dapat berakibat positif bila dikelola dengan baik. Pada kenyataannya pada level stress yang rendah justru dapat meningkatkan produksivitas karyawan. Sebagai contoh orang-orang yang bekerja dibawah tekanan waktu ( diburu waktu) seperti wartawan surat kabar dan televise maka mereka akan melakukan pekerjaaanya dengan segera. Disini jelas bahwa waktu sebagai factor tekanan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa stressors dapat meningkatkan kerja seperti tingkatan tugas yang lebih sukar dapat membuat pekerja berupaya menyelesaikan dan setelah menyelesaikan tugas tersebut percaya diri pekerja akan meningkat. Adapun penjelasan pengaruh stressors dapat mempengaruhi penyelesaian tugas adalah :
  1. Banyak tugas justru dapat terselesaikan dengan cepat apabila didalamnya terdapat factor penekan ( stressors ), seperti misalnya tantangan untuk menyelesaikan tugas pada level yang lebih tinggi.
  2. Semakin tinggi tingkatan stressors maka performance pada karyawanpun akan semakin naik apabila dapat menyelesaikan tugas yng didalamnya terdapat stressors tersebut.
Dari kondisi diatas maka saat ini perusahaan-perusahaan mengembangkan stressors untuk meningkatkan sumber daya manusia agar lebih efektif. Pengembangan stressors terbukti sangat meningkatkan produktivitas sumber daya manusia di perusahaan. Dampak dari stress dapat  berpengaruh  pada kondisi fisik, psikologis, atau perilaku individu itu sendiri.


Dampak Fisik Dari Stress
          Dari hasil penelitian yang ada, stress memberikan dampak atau akibat pada kondisi fisik dari individu. Stress yang tinggi dapat mengakibatkan seseorang menderita tekanan darah tinggi dan naiknya kolesterol sehingga dapat menyebabkan serangan jantung, radang sendi bahkan kanker. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mattes, mengungkapkan bahwa sekitar 4000 karyawan di Skotlandia mengidap penyakit jantung karena stress yang tinggi. Ini membuktikan bahwa stress dapat berakibat pada kesehatan fisik seseorang.

Dampak Psikologis Dari Stress
          Secara langsung ataupun tidak langsung stress dapat berakibat pada kondisi psikologis seseorang. Pada level yang tinggi stress dapat mengakibatkan individu menjadi pemarah, gugup, cemas, depresi, tegang dan bosan. Dari hasil penelitian terbaru, akibat stress yang paling kuat adalah menyebabkan individu berperilaku agresif seperti sabotase, permusuhan antar pribadi dan tindakan-tindakan agresi lainnya. Pada umumnya karyawan pada level rendah lebih rentan mengalami stress karena ketika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya dia menjadi putus asa dan tidak percaya diri. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan individu tersebut melakukan tindakan yang merugikan perusahaan atau instansi dimana dia bekerja. Contoh lain yaitu pekerja yang bekerja dibawah tekanan atasan yang otoriter justru akan menunda-nunda pekerjaan dan teledor bila suatu waktu tidak diawasi atasan tersebut. Dari bahasan diatas jelas bahwa stress sangat berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang.


Dampak Stress Terhadap Perilaku Individu
          Stress pada level yang tinggi dapat berpengaruh pada perilaku individu seperti misalnya malas makan, makan berlebihan, tidak dapat tidur, meningkatnya perilaku merokok dan minum-minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 6% dari populasi yang mengalami stress memilih untuk menjadi pecandu alkohol, 10% menjadi peminum minuman keras, dan 6 miliar dosis obat tidur dan amfetamin dokonsumsi tiap tahunnya.
            Penilitian membuktikan bahwa jumlah pecandu dan peminum minuman keras meningkat pesat ketika prosentase stress meningkat. Dampak stress terhadap perilaku lebih mudah dicegah atau ditangani bila dibandingkan dampak stress terhadap fisik dan psikologis seseorang. Penanganan dampak ini dapat dikontrol atau dicegah dengan simpati dari teman-teman kerja serta lingkungannya.

Strategi Mengelola Stress
            Beberapa stategi dapat diterapkan dan dikembangkan untuk membantu mengelola stress. Stress dapat dikelola oleh  individu itu sendiri ( mekanisme coping individual ) maupun bila terjadi di tempat kerja maka stress dapat dikelola dengan strategi organisasi.

  1. Mekanisme Coping Individual
Beberapa teknik yang dilakukan individu untuk mengurangi atau mengelola stress antara lain :
a.       Olahraga
Individu dapat mengelola atau mengurangi stress dengan cara melakukan olahraga, seperti misalnya lari, jalan sehat, renang, bersepeda, bermain softball, tennis dan lainnya. Dengan berolahraga individu dapat mengurangi resiko terserang penyakit jantung dan penyakit lainnya yang disebabkan karena stress tersebut.
b.      Relaksasi
Individu dapat melakukan relaksasi dengan cara meditasi atau hanya dengan duduk tenang dan  melepaskan semua masalah yang ada. Teknik ini dapat mengurangi kegelisahan-kegelisahan yang disebabkan oleh stress sehingga tidak ada lagi dampak negative dari stress yang dialaminya.
c.       Pengendalian perilaku
Yaitu dengan mengendalikan perilaku, individu tidak mudah terbawa situasi dan dapat mengendalikan diri sehingga dia mampu beradaptasi dengan lingkungan yang membuatnya tidak nyaman.
d.      Terapi kognitf
Ada banyak teknik terapi seperti misalnya Ellis’s rational emotive model dan Meichenbaum’s cognitive behavior modification telah berhasil digunakan untuk mengurangi kecemasan dan sebagian digunakan sebagai strategi untuk mengurangi stress kerja.
e.       Kelompok dukungan
Individu membentuk terapi kelompok yaitu orang-orang yang mengalami masalah sejenis dan saling sharing. Atau mencari teman-teman yang dapat menjadi teman curhat. Dukungan dari teman-teman ataupun keluarga sangatlah dapat mengurangi beban bagi individu tersebut.



  1. Stategi Organisasional
Adalah program manajemen stress untuk mengurangi atau mengendalikan stress kerja karyawan dalam lingkungan kerja atau organisasi. Strategi organisasional dapat meliputi :
a.       Menciptakan iklim atau suasana kerja yang mendukung. Suasana kerja yang monoton, kebijakan dan aturan yang berlaku relative lama, maka akan menimbulkan kejenuhan dan stress kerja bagi karyawan. Untuk mengurangi kejenuhan dan stress tersebut maka dapat dilakukan dengan menciptakan iklim atau suasana kerja yang baru. Misalnya mendesain ulang kantor, mengganti kebijakan-kebijakan dan aturan kerja, perubahan jadwal kerja dan lain sebagainya.
b.      Menyusun perencanaan tugas baru.
Perencanaan tugas baru dapat dilakukan dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan, seperti variasi ketrampilan, identitas tugas, mengambil arti, otonomi dan umpan balik.
c.       Mengurangi konflik dan memperjelas peran organisatoris
Pertentangan peran atau konflik peran dan ambiguitas dikategorikan sebagai stressors utama bagi individu, sehingga hal ini harus ditangani terlebih dahulu untuk mengurangi stress. Individu  harus tahu perannya dalam organisasi sehingga tidak merasa kebingungan untuk membedakan antara perannya dalam keluarga ( social ) dengan perannya dalam organisasi.
d.      Rencana dan pengembangan karir
Pengembangan karir membantu individu untuk meraih karier objektifnya. Dalam hal ini meliputi pelatihan keterampilan, pembekalan dan umpan balik penampilan kerja, perencanaan rotasi jabatan. Bila ada perencanaan pengembangan karir sejak awal maka individu tidak lagi merasa bingung dan stress karena sudah terkontrol.
Share this post :

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)

 
Support : Jadwal Training 2016 | Informasi Training dan Seminar Indonesia | Mas Template
Copyright © 2011. WWW.SINTANG.COM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger