PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Hakikat
Pembangunan Nasional Indonesia adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya dan
seluruh masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia yang besar merupakan modal
dasar bagi pembangunan dengan syarat harus dibina. Seperti dalam GBHN dikatakan
bahwa Pembanguna Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila didalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana aman, tertib, dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Di berbagai bidang kehidupan
termasuk juga kehidupan dalam suatu organisasi perusahaan, faktor manusia
merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Segala cara
dilakukan pihak perusahaan untuk mencapai tujuan, diantaranya adalah
produktivitas yang tinggi dengan mengusahakan kebaikan kerja karyawannya.
Pertumbuhan dan perluasan suatu industri lebih banyak dipengaruhi oleh manusia
yang melakukan aktivitas dalam hidupnya. Peranan manusia dalam suatu industri
sangatlah menentukan, maka masalah kepegawaian merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan disetiap organisasi perusahaan disamping masalah lain.
Seperti dikatakan oleh Ibrahim
(1983), bahwa hanya manusia satu-satunya yang merupakan sumber utama perusahaan
yang dapat digantikan oleh tehnologi apapun. Dengan kata lain hidup dan berlangsungnya
suatu perusahaan tergantung dari orang-orang yang ada dalam perusahaan,
sedangkan Hadi (1974) beranggapan bahwa berhasil, tidaknya suatu gerakan
mempertinggi hasil produksi dan efisiensi sebagian bergantung pada manusia yang
melayani alat-alat kerja.
Meskipun demikian, masih sering pula
terjadi ketidak seimbangan antara upaya yang telah dilakukan pihak perusahaan
dengan kinerja dan produktivitas kerjanya. Banyak kejadian yang menunjukkan
betapa pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari
produktivitas kerja diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar. Sebagai contoh
banyak diantara para pekerja / pegawai yang mengisi waktu kerjanya dengan
duduk-duduk santai, membaca koran, datang terlambat, menelpon keluarga, teman /
apapun, izin keluar kantor untuk urusan yang tidak mempunyai kaitan sama sekali
dengan tugas pekerjaannya dan hal ini menyebabkan pekerjaan yang ditugaskan
kepada karyawan tersebut menjadi tidak selesai.
Santai / rileks adalah selingan
diantara 2 manusia kerja produktif, bukan pada masa kerja produktif. Suasana
santai diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuh dan otak, setelah bekerja
penuh selama suatu masa tertentu. Jadi kerja santai tidaklah berada dalam waktu
kerja produktif, sehingga semestinya berada diluar jam kerja normal.
Mengingat arti pentingnya faktor
manusia dalam suatu organisasi perusahaan, maka sudah selayaknya diberbagai
organisasi baik pemerintah maupun swasta menempatkan manusia sebagai sumber
daya yang lebih diperhatikan. Cara berfikir dan bersikap manusia sehubungan
dengan kerja baik didalam bekerja maupun menentukan pekerjaan yang sesuai makna
dan nilai kerjanya akan menjadi ukuran untuk keberhasilan/ kegagalan baik,
buruknya pekerjaan yang dilakukan.
Pada dasarnya produktivitas mencakup
sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan bakat
pada keyakinan diri bahwa kehidupan ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok adalah lebih baik dari hari ini. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk
dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, karena dengan produktivitas
kerja yang lebih tinggi berarti akan diperoleh hasil yang lebih banyak dengan
pemakaian sumber yang sama / hasil yang tetap dengan pemakaian sumber yang
berkurang. Hal ini berarti akan diperoleh biaya yang lebih rendah serta
keuntungan yang lebih tinggi.
Menurut Sedarmayanti (1995) manfaat
peningkatan produktivitas pada tingkat individu dapat dilihat dari :
- Meningkatnya pendapatan (income) dan jaminan sosial yang lainnya.
- Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi individu.
- Meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berpotensi.
Pentingnya
arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional telah disadari
secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan
dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai ”kekuatan untuk menghasilkan lebih
banyak barang-barang, maupun jasa”. Produktivitas ini penting sekali, karena
pendapatan nasional banyak diperoleh dengan meningkatkan keefektifan dan mtut
tenaga kerja. Gie (1996) menyatakan bahwa strategi satu dan utama dalam
manajemen diri adalah berusaha mengetahui diri sendiri dengan segala kelebihan
dan kelemahan maupun kekurangan dan potensinya.
Dengan
adanya pengelolaan diri yang tepat, seseorang akan mempunyai kemampuan yang
serba guna dan dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan organisasi
dimana ia bekerja. Dengan mengendalikan diri sendiri diharapkan sesorang akan
mampu mengembangkan dirinya untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja.
Sebagaimana
dikatakan, Pedler dan Boydell (1985) individu yang sukses dalam mengelola
dirinya akan membawa pengaruh yang positif terhadap lingkungan diluar dirinya
dan kendali terhadap diri sendiri perlu
karena setiap individu tidak hidup sendiri, tetap dalam kelompok didalam
masyarakat, sehingga kendali diri sendiri adalah penting
baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun
untuk dapat bergaul dengan orang lain.
Menurut Maslow, manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial
mempunyai berbagai macam kebutuhan baik material / kebendaan maupun non
material.
Maslow
mengklasifikasikan kebutuhan material dalam tingkatan kebutuhan yang
selanjutnya disebut ”hierarki kebutuhan”, sebagai berikut :
Aktualisasi diri
Pengakuan dan Penghargaan
Kesejahteraan Sosial
Jaminan
Keamanan
Kebutuhan
Fisiologis atau dasar
Sudah
menjadi sifat dasar apabila manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dan apabila kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah
terpenuhi, maka manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat
selanjutnya.
Manusia
yang bisa mengelola dirinya akan mempunayi kemampuan untuk memprioritaskan
kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan mana kebutuhan yang
harus ditunda pemenuhannya.
Berdasarkan paparan tersebut,
penulis mengasumsikan adanya hubungan antara manajemen diri dengan
produktivitas kerja karyawan. Berdasrkan hal tersebut, maka penulis mengajukan
pertanyaan penelitian, yaitu : apakah ada hubungan antara manajemen diri dengan
produktivitas kerja karyawan ?
B. Tujuan Penelitian.
Untuk menguji secara empirik, apakah
ada hubungan antara manajemen diri dengan produktivitas kerja karyawan dan untuk
mengetahui seberapa besar peran manajemen diri terhadap produktivitas kerja
karyawan.
C. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis, penelitian ini
dapat menambah kajian bagi dunia pendidikan khususnya ilmu psikologi tentang
adanya hubungan antara manajemen diri dengan produktivitas kerja karyawan.
Secara praktis, penelitian
diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada dunia perindustrian / perusahaan
tentang bagaimana peran manajemen diri terhadap peningkatan produktivitas kerja
karyawan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produktifitas Kerja.
1. Pengertian
Produktivitas.
Produktivitas dapat dikatakan sebagai
ukuran pendayagunaan faktor produksi dan tenaga kerja dalam produksi. Hal ini
penting dalam upaya peningkatan keuntungan organisasi dan kesejahteraan
pertumbuhan ekonomi serta perluasan kerja karyawan (Soepomo, 1980). Peningkatan
produktivitas menunjukkan pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian
produksi.
Secara tehnis, ekonomik dan
patologik, arti produktivitas kerja adalah gabungan antara unsur efektivitas,
efisiensi dan kepuasan kerja yang harus mengandung volume produksi, hemat,
masukan serta optimalisasi kepuasan kerja secara manusiawi (Hadipranata,1996).
Berdasarkan Piagam Oslo dalam
Ravianto (1985) menyatakan bahwa produktivitas kerja dapat diartikan, sebagai
berikut :
- Konsep universal : penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan karyawan dengan menggunakan sedikit sumber daya.
- Produktivitas kerja didasarkan pada perumusan tujuan organisasi secara efektif, perencanaan pengembangan dan pelaksanaan dengan penggunaan sumber daya secara efisiensi.
Produktivitas
kerja secara terpadu yang melibatkan segala usaha karyawan dengan menggunakan
modal, ketrampilan, tehnologi, manajemen, informasi dan sumber daya.
Menurut
Laporan I Dewan Produktivitas Nasional (1983), pengertiannya adalah :
· Sikap mental yang selalu berpandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini.
· Perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
Kriteria yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur produktivitas kerja
karyawan, adalah :
- Kemampuan
- Prestasi kerja
- Tanggung jawab
- Ketaatan
- Kejujuran
- Kerja sama
- Inisiatif
- Kedisiplinan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu hasil
kerja produksi yang dihasilkan /
dikerjakan dalam jangka waktu sesuai dengan standar perusahaan.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas.
Produktivitas kerja seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan orang itu sendiri
maupun yang berhubungan dengan faktor-faktor diluar dirinya. Ravianto (1985)
mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain :
· Pendidikan dan pelatihan, pada dasarnya
merupakan daya gerak yang mendorong
· manusia
untuk bertindak. Bila motivasi ini kuat, maka daya dorongnya pun akan kuat.
· Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan
yang bersemangat, optimis, dan menyukai kerja akan mempengaruhi orang lain
untuk mengikuti keadaan tersebut.
· Tehnologi, pada dasarnya penggunaan
tehnologi modern akan lebih produktif dari pada yang menggunakan peralatan
tradisional.
Suratman
(1997) menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut mempengaruhi produktivitas
kerja sesesorang karena pendidikan mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja
yang dibutuhkan dan mampu mengubah sikap seseorang terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan
uraian diatas, yang dimaksud sebagai faktor-fakor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah faktor eksternal : tingkat pendidikan, penghasilan,
jaminan sosial, iklim kerja, hubungan industrial, tehnologi dan sarana
produksi. Dan faktor
internal, meliputi : etika kerja, sikap kerja, disiplin kerja, motivasi kerja
dan jenis kelamin.
3. Pengukuran
Produktivitas.
Pengukuran produktivitas kerja pada
dasarnya menyangkut output / produki yang dihasilkan dan input / pengorbanan
yang dikeluarkan untuk menghasilkan output tersebut.
Adapun
produktivitas kerja dapat dihitung dengan mengunakan rumus, sebagai berikut :
Produktivitas = Keluaran (output)
Masukan (input)
Masukan meliputi : tenaga kerja /
manusia, modal / uang dan bahan-bahan baku, sedangkan yang termasuk keluaran
meliputi : jumlah barang yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu.
Dari rumusan tersebut dapat
dijelaskan bahwa produktivitas kerja dikatakan meningkat, apabila :
1. Volume / kualitas keluaran bertambah
besar, tetapi menambah jumlah masukan.
2. Volume / kualitas keluaran bertambah,
tetapi masukan berkurang.
3. Jumlah masukan bertambah, asal volume /
kualitas keluaran bertambah lipat ganda (Suryanto,1985).
Anaroga
dan Sayuti (1991) menyatakan bahwa faktor tenaga kerja lazim digunakan dalam
pengukuran produktivitas kerja, hal ini disebabkan :
· Karena biaya yang dikorbankan untuk tenaga
kerja adalah bagian yang terbesar untuk mengadakan produksi / jasa.
· Karena masukan pada sumber daya manusia
lebih mudah dihitung dari pada masukan faktor lain, seperti : modal.
Konsekuensi
bila produktivitas tercapai akan diikuti dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas kerja. Walaupun
demikian dalam penelitian ini produktivitas kerja diukur berdasarkan standar
perusahaan.
B. Manajemen Diri.
1. Pengertian
Manajemen Diri
Menurut
Soetedja (1998) manajemen diri adalah pengaturan diri untuk melakukan kontrol
emosi guna menghindari konflik. Manajemen diri adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali dan mengelola dirinya (secara fisik, emosi, pikiran, jiwa dan
spiritual), sehingga mampu mengelola orang lain dan berbagai sumber daya untuk
mengendalikan maupun menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan
hidupnya (Prijosaksono dan Sembel, 2002). Menurut Suhartini (1992) manajemen
diri adalah suatu prosedur yang menuntut seseorang untuk mengarahkan dan
mengatur tingkah lakunya sendiri. Setelah seseorang menetapkan tujuan hidupnya,
maka individu tersebut harus mengatur dan mengelola dirinya dengan
sebaik-baiknya untuk membawa ke arah tercapainya tujuan hidup.
Gie (1996) memberikan pengertian
bahwa manajemen diri adalah segenap kegiatan dan langkah untuk mengatur dan
mengolah dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu membawa diri
kearah tercapainya tujuan hidup. Strategi pertama dan utama dalam manajemen
diri adalah berusaha mengetahui diri sendiri dengan segala kelebihan dan
kekurangan maupun kekuatannya dan kelemahannya serta dengan segenap potensinya.
Prawitasari (1993) manajemen diri juaga didefinisikan sebagai suatu cara untuk
mengubah perilaku yang kurang dikehendaki seseorang, tetapi terus dialami oleh
individu yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa manjemen diri adala kemampuan seseorang untuk
mengenali, mengelola,dan mengatur diri serta tingkah lakunya untuk mencapai
tujuan hidupnya.
2. Aspek Manajemen
Diri
Berdasarkan konsep Averill (2002)
terdapat 3 aspek kemampuan manajemen diri dalam mengontrol perilaku, antara
lain :
· Kontrol perilaku (behavior control)
merupakan kesiapan suatu respon dari suatu stimulus / keadaan yang dianggap
tidak menyenangkan.
· Kontrol kognitif (cognitive control)
merupakan kemampuan individu dalam mengelola informasi dan menilai suatu
kejadian, sehingga dapat menentukan perilaku yang baik.
· Kontrol keputusan (decisional control)
merupakan kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan yang didasarkan atas
sesuatu yang diyakini / disetujuinya.
Menurut
Prijosaksono dan Sembel (2002) manajemen diri terdiri atas 3 bagian,
yaitu :
1. Bagaimana seseorang dapat mengenali dan
menemukan potensi terbaik dalam dirinya (finding the best in you).
2. Bagaimana sesorang dapat senantiasa tumbuh
dan berkembang (life time improvements) ke arah yang lebih baik lagi.
3. Bagaimana cara mengembangkan jaring
kehidupan sosialnya (networking).
Berdasarkan
uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada berbagai aspek yang dapat
dikembangkan dalam manajemen diri mencakup kontrol dalam berperilaku, berfikir,
dan mengambil keputusan.
3. Strategi
Manajemen Diri
Manajemen diri bukanlah tujuan
melainkan alat / cara untuk mencapai tujuan / misi, sehingga kata kunci
manajemen diri adalah penetapan tujuan dan misi hidup. Menurut Gie (1996)
segala usaha untuk mencapai suatu hidup yang sukses perlu berpegang pada suatu
strategi tertentu. Manajemen diri terdiri dari :
· Pengetahuan dan Analisis Diri (Self
motivation)
Dengan pengetahuan dan analisis diri,
seseorang mengetahui banyak kemampuan / kegiatannya dahulu yang tidak dipergunakan
lagi, sehingga dapat dikembangkan kembali sedang kegiatan yang tidak disenangi
dapat ditinggalkan sehingga seseorang mencapai kepuasan dalam pekerjaannya
(Mariasari, 2003).
· Pengorganisasian Diri (Self Organizing)
Pengaturan diri sebaik-baiknya terhadap
pikiran, energi, waktu, tempat, benda, dan semua sumber daya lainnya dalam
hidup pribadi sebagai dan dapat mencapai efisiensi diri. Efisiensi diri adalah
perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya (Prijosaksono dan
Sembel, 2002).
· Pengendalian
Diri (Self control)
Membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan,
memicu semangat, mengikis kesenangan dan mengarahkan energi untuk benar-benar
melaksanakan apa yang harus dikerjakan guna mencapai hasil yang diinginkan
(Prijosaksono dan Mardianto, 2002).
Menurut Manz (1986) strategi
manajemen diri, sebagai berikut :
1. Pengamatan atas diri kita sendiri
Membantu individu untuk menemukan kapan, mengapa dan dalam keadaan mana
individu berperilaku dan mengambil tindakan-tindakan tertentu.
2. Menetapkan sasaran bagi diri sendiri
Sia-sialah
orang memeras tenaga, jika tidak ada arah yang hendak dituju dan sasaran yang
jelas untuk dicapai. Dengan menetapkan tujuan, sasaran / cita-cita pribadi.
3. Memberikan hadiah bagi diri sendiri
Cara kuat dalam manajemen diri adalah
memberikan hadiah kepada diri sendiri. Dengan memberi hadiah kepada diri
sendiri, seseorang dapat memperoleh dorongan positif untuk kegiatan-kegiatan
berikutnya di masa yang akan datang.
4. Menghukum diri sendiri
Cara menjatuhkan hukuman bagi diri sendiri
sama dengan cara memberikan hadiah kepada diri sendiri, yaitu : dengan
memusatkan perhatian kepada akibat-akibat yang kita jatuhkan kepada diri
sendiri dan tindakan yang telah individu tersebut lakukan. Tujuannya untuk
mengurangi perilaku / tindakan itu, tetapi cara ini kurang efektif, karena
individu yang bersangkutan dengan bebas dapat menghindatinya.
5. Praktek
Seseorang dapat meingkatkan mutu
perilakunya lewat praktek, yaitu belajar dengan melakukan (learning by doing).
Covey (1997) secara khusus
menyatakan bahwa manajemen diri tidak dapat dilepaskan dengan manajemen waktu
dan manajemen diri didefinisikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh
individu, yaitu : dengan mengorganisasi kehidupannya dengan cara mendahulukan apa
yang harus didahulukan. Dan manajemen diri itu sendiri merupakan upaya
sistematis dan terus-menerus yang dilakukan seseorang seumur hidupnya untuk
mencapai tujuan dan misi hidupnya dengan cara meningkatkan kualitas hidup serta
vitalitas / kesehatan tubuhnya melalui pengenalan terhadap potensi terbaik
dirinya, penyempurnaan diri (termasuk pembelajaran secara terus-menerus dan
pengembangan jaringan sosial hidupnya).
4.
Tehnik Manajemen Diri
Merupakan penggunaan tehnik
pengendalian dan penguasaan untuk mencegah terjadinya perilaku negatif /
penyimpangan perilaku pada individu. Manajemen diri menjadi penting ketika
seseorang berada dalam keadaan tidak stabil yang bisa membahayakan keutuhan
kepribadian seseorang.
Menurut Prijosaksono dan Mardianto
(2002) terdapat 12 langkah dalam Manajemen Diri, yaitu :
· Mengubah sikap / perilaku
· Memperbaiki citra diri
· Individu tetap bekerja dan berkarya
· Memelihara kesehatan fisik
· Meningkatkan daya pikiran
· Mengembangkan kehidupan spiritual
· Melakukan sesuatu tanpa harus menunda
· Membangun dan memelihara hubungan
· Membangun sesama
· Membangun kelompok tumbuh bersama
· Individu tetap belajar
· Mengembangkan jaring kehidupan
Menurut Kanfer dan Godstem (1975)
tehnik / metode self manajemen, yaitu :
a. Penentuan standar sendiri (standart
setting), menentukan sasaran, target perilaku, tujuan dari apa yang dilakukan
dan prestasi yang hendak dicapai.
b. Memonitor diri sendiri (self monitoring),
merupakan komponene yang penting dalam metode manajemen dari balik aplikasinya
bisa dengan cara mencatat / membuat grafik dari data yang bisa dilihat oleh
individu yang bersangkutan. Sehingga bisa berfungsi sebagai feed back, sebagai
insentif dan juga sebagai penguat (renforcement).
c. Mengevaluasi diri sendiri (self
evaluation), individu yang bersangkutan mengevaluasi kembali perkembangan dari
rencana kerjanya.
d. Proses penguatan diri (self
reinforcement), tehnik menghargai diri sendiri secara positif, seperti
melepaskan verbal symbolic reiforcement. Pertanyaan verbal terhadap diri
sendiri yang bermaksud memberi penilaian penghargaan terhadap apa yang sudah
dilakukan / dicapai.
Salah
satu bentuk aplikasi dari tehnik manajemen diri adalah merancanakan keuangan
agar memperoleh kebebasan finansial dimana secara mendasar perencanaan keuangan
adalah merupakan suatu cara menyusun keseimbangan antara penghasilan disatu
sisi dengan pengeluaran disisi lain. Keseimbangan ini bertujuan agar dapat
terhindar dari sikap komsumtif dan mampu secara sehat menghadapi
masalah-masalah finansial, baik yang terjadi secara alami maupun keadaan yang tidak
terduga agar individu dapat terhindar dari keadaan tidak stabil (sikap
konsumtif) yang bisa membahayakan keutuhan kepribadiannya.
C. Hubungan Manajemen Diri dengan
Produktifitas Kerja.
Anaroga (1998) mengatakan bahwa produktivitas
adalah tingkah laku sebagai keluaran (output) dari suatu proses berbagai macam
komponen kejiwaan yang melatar belakanginya. Produktivitas kerja tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor situasional saja, tetapi juga faktor individual.
Perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan dan tuntutan karyawan tidak hanya
terpaku pada kegiatan operasional saja. Karyawan yang mampu menghasilkan
produktivitas yang tinggi cenderung memiliki motivasi yang besar.
Manajemen diri adalah segenap
kegiatan dan langkah untuk mengatur dan mengelola diri dengan sebaik-baiknya,
sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup. Strategi yang utama
dalam manajemen diri adalah berusaha mengetahui diri sendiri dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Individu yang mengenali diri sendiri akan dapat
mengetahui yang sesungguhnya dibutuhkan dalam hidupnya (Gie, 1996). Manajemen
diri merupakan cara untuk mencapai tujuan dan misi hidup. Karyawan yang bekerja
disuatu perusahaan mempunyai tujuan dan untuk mencapai hal tersebut karyawan
harus mengelola diri dengan sebaik-baiknya.
Karyawan dapat mengetahui secara
lebih jelas letak kemampuannya, kegiatan yang menyenangkan dan hal-hal yang
menjadi kekurangannya dengan menganalisis dirinya. Dari hasil analisis diri,
karyawan akan mengetahui kemampuannya di masa lalu, sehingga karyawan dapat
memanfaatkan hal tersebut sepenuhnya dalam pekerjaannya sekarang dan dapat
mencapai sukses dalam bekerja (Gie, 1996). Karyawan yang mampu mengelola diri
dengan baik, mengenali diri sendiri dengan segala kelemahan dan kekuatannya akan
mampu memaksimalkan kemampuan dan bisa bekerja secara optimal sesuai kebutuhan
dan tuntutan karyawan tersebut maupun target perusahaan. Karyawan yang dapat
menerapkan manajemen diri dengan baik dapat meningkatkan produktivitas kerja,
karena hal tersebut menjadi bagian dari penciptaan realitas kehidupannya baik
dari aspek finansial, karier maupun pekerjaannya (Prijosaksono dan Sembel,
2002).
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara manajemen diri dengan produktivitas kerja.
Semakin karyawan dapat mengelola diri dan menggunakan waktu secara efektif dan
efisien, produktivitas yang tinggi akan tercapai.
D. HIPOTESIS
Terdapat hubungan positif
antara manajemen diri dengan produktivitas kerja. Hal tersebut berarti bahwa
semakin baik manajemen diri karyawan, maka produktivitas kerja semakin
meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian.
Variabel Bebas :
Manajemen Diri
Variabel Tergantung : Produktivitas Kerja
B. Definisi Operasional Variabel
Penelitian.
1. Produktivitas Kerja
Hasil usaha karyawan yang berupa
barang / jasa dalam waktu yang telah ditentukan atau ukuran pendayagunaan
faktor produksi dan tenaga kerja dalam produksi.
2. Manajemen Diri
Kemampuan karyawan dalam mengelola diri
dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan, sehingga dapat tercapainya hasil
yang telah ditentukan. Gie (1996) menyatakan bahwa strategi manajemen diri
mencakup 3 aspek, yaitu : pendorongan diri, pengorganisasian diri dan
pengendalian diri. Kemampuan manajemen diri pada subjek dapat diketahui dari
skor jawaban yang dicapai oleh subjek dalam skala manajemen diri. Semakin
tinggi skor yang dicapai subjek, maka semakin tinggi kemampuan manajemen
dirinya, begitu juga sebaliknya.
C. Subjek Penelitian.
Subjek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan PT. KUBOTA Semarang,
sebanyak 50 orang subjek yang digunakan semuanya berjenis kelamin laki-laki
dengan alasan bahwa semua karyawan pada bagian produksi adalah laki-laki.
Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan mengunakan Cluster Random
Sampling, yaitu : pengambilan subjek penelitian dilakukan secara acak dari
semua kelompok yang ada.
D. Metode Pengumpulan Data.
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan
data penelitian adalah mengunakan skala dan dokumentasi. Skala yang digunakan
adalah dengan skala model likert pada penelitian ini, karena masing-masing
pernyataan akan diberi skor sesuai dengan nilai skala, sehingga mendapat skor
total pada skala tersebut (Azwar, 1997). Sedangkan data dokumentasi tentang
produktivitas diperoleh dari perusahaan dan peneliti memperoleh dari internet,
perhitungan produktivitas adalah dalam jangka waktu selama 1 tahun.
Adapun cara pengumpulan data, yaitu :
1. Pengukuran
Produktivitas
Metode yang digunakan adalah metode
dokumentasi yang berpedoman pada arsip kantor subjek yang bersangkutan dan
skala.
2. Manajemen Diri
Adalah kemampuan karyawan dalam
mengelola diri sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan,
sehingga mendapat hasil yang optimal. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala manajemen diri dari Gie (1996) menyatakan 3 aspek dalam
manajemen diri, yaitu :
a. Pendorongan
diri
Dorongan psikologi dalam diri
seseorang untuk menstimulasi diri sehingga mampu melakukan berbagai kegiatan
untuk mencapai tujuan yang didambakan.
b.
Pengorganisasian diri.
Pengaturan
sebaik-baiknya terhadap pikiran, energi, waktu, tempat, benda, dan sumber daya
lainnya dalam hidup, sehingga semuanya terasa serba tertib dan lancar.
c. Pengendalian
diri
Berbagai tekad dan langkah diri
untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis kesenangan dan
mengerahkan energi untuk benar-benar melaksanakan sesuatu yang harus dikerjakan
guna mencapai tujuan yang didambakan.
Metode penyusunan skala berdasarkan
metode ranting yang dijumlahkan. Masing-masing butir mempunyai alternatif
jawaban, yaitu : SS (Sangat Sesuai); S (Sesuai); TS (Tidak Sesuai); STS (Sangat
Tidak Sesuai. Penilaian item favorable, jawaban SS: 4; S: 3; TS: 2; STS: 1,
sedangkan penilaian item unfavorable jawaban SS: 1; S: 2; TS: 3; STS: 4. Taraf
kemampuan manajemen diri yang dimiliki subjek dapat dilihat dari jumlah skor
skala tersebut. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh berarti semakin
tinggi kemampuan manajemen dirinya, begitu juga sebaliknya.
Tabel
Distribusi Item Skala Manajemen Diri
Sebelum Uji Coba.
NO
|
ASPEK
|
FAVORABLE
|
UNFAVORABLE
|
JMLH
|
1.
|
Pendorongan diri
|
|
|
|
2.
|
Pengorganisasian diri
|
|
|
|
3.
|
Pengendalian diri
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
E. Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini mengunakan tehnik Analisis Korelasi Product Moment dari Pearson,
digunakan untuk mencari
hubungan antara variabel bebas dan satu variabel tergantung dalam bentuk data
interval (Hadi, 2002). Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi, yaitu : normalitas dan uji linieritas.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.H. 1990. Dasar-dasar Manajemen
Produksi dan Operasi.
Yogyakarta : BPFE.
Juriana, 2000. Kesesuaian
Antara Konsep Diri Nyata dan Ideal dengan Kemampuan Manajemen Diri pada Mahasiswa Pelaku Organisasi. Yogyakarta, Fakultas
Psikologi UGM.
Gie,
T.L. 1996. Strategi Hidup Sukses.
Yogyakarta. Penerbit Liberty.
Mulyono, M. 1993. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Prijosaksono, A dan Mardianto. 2001. Self Manajemen : 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta : PT. Elex Media Computindo.
Prijosaksono, A dan Sembel,
R. 2002. Self Management Series :
Control Your Life. Jakarta
: Binarupa Aksara.
Singunan, M. 1995. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Ravianto, J. 1985. Produktivitas Manusia Indonesia. Jakarta : Alpha Betica
Indah.
Anoraga, Panji. 1995. Psikologi Industri. Jakarta : Pustaka Jaya.
Zainu, Bahroni.1983. Manajemen Motivasi. Jakarta : Balai Aksara.
As’ ad. M. 1987.
Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty.
Dr. Vincent Gaspersz, M.
St ; CIQA, CPIM. 1998. Manajemen Produktivitas Total. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Philip Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Anoraga, P dan Suyati, S. 1995. Psikologi
Industri dan Sosial.
Jakarta : Pustaka Jaya.
Manullang, M. S. 2002. Manajemen Personalia. Jakarta : Balai Aksara.
Panggabean, M. S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ravianto,
J.1985. Produktivitas dan Manusia
Indonesia, Kumpulanan Kerja.
Jakarta
: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produksi.
Sahrah, A. 2004. Pengelolanan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Universitas Wangsa
Manggala.
Siagian, S. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tambunan, S. 2000. Industrialisasi di Negara
Sedang Berkembang Kasus Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Forsyth, P. 1990. Manajemen Penjualan. Jakarta : PT. Elekmedia Komputindo.
Kussriyanto. 1979. Meningkatkan Produktivitas
Karyawan. Jakarta :
Pustaka Binaan Pressindo.
Lock, D dan Nigel. 1989.
Manajemen Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa : Teori dan Praktik. Jakarta : Salemba
Empat.
Putti, J. 1986. Memahami Produktivitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Syarif, R. 1991. Produktivitas. Bandung : Angkasa.
Strauss dan Sayless. 1982. Manajemen Personalia PPM. Jakarta : PT. Pustaka
Binaman
Pressindo.
Musanef, 1989. Manajemen
Kepegawaian di Indonesia. Jakarta : CV. Masagung.
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)