a. Permasalahan:
Masa kanak-kanak adalah masa yang penuh dengan keceriaan
dan kegembiraan. Masa ini juga disebut sebagai masa paling menyenangkan
sepanjang rentang kehidupan manusia dan tidak akan terulang lagi pada masa
selanjutnya. Pada masa tersebut, seorang manusia benar-benar meniikmati
dunianya tanpa memikirkan tentang hari esok karena yang ada dimasa kanak-kanak
hanyalah hari ini.
Menurut Hurlock (1991), masa kanak-kanak dimulai setelah
melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun.
Saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk anak perempuan, dan
14 tahun untuk anak laki-laki. Masa kanak-kanak secara luas dibagi menjadi 2 periode,
yaitu: periode awal yang berlangsung dari usia 2 tahun hingga 6 tahun, dan
periode akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya anak
matang secara seksual. Periode kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi
yang penuh ketergantungan dan berakhir ketika anak mulai mandiri.
Elkin dan Handel (dalam Herdiyansah, 2004) menyatakan
bahwa sosialisasi merupakan suatu suatu proses ketika seorang individu dapat
mempelajari cara-cara tertentu yang diberikan oleh kelompok sosial sehingga dia
akan diterima, berperan dan berfungsi didalamnya. Kelompok sosial yang
diimaksud adalah suatu lingkungan yang terdiri dari beberapa orang walaupun
dalam skala kecil seperti keluarga, da tidak selalu lingkungan masyarakat dalam
arti luas. Soekanto (dalam Herdiansyah, 2004) menyatakan bahwa sosialisasi
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara orang per orang dengan
kelompok manusia. Kamus besar bahasa Indonesia (1989) mendefinisikan
sosialisasi sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal
dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Tingkat permulaan dari
proses sosialisasi manusia terjadi dilingkungan keluarga.
Menurut Hurlock (1991), tiga tahun pertama ketika anak
memasuki lingkungan sekolah adalah masa yang rawan sekaligus menentukan bagi
keberhasilan perkembangan anak. Alasannya adalah pada tahun-tahun pertama
tersebut anak belum terbiasa dengan lingkungan baru. Dalam realitas yang sebenarnya
masih banyak ditemukan anak pada masa sekolah mengalami hambatan dalam bergaul
dengan teman-temannya. Mereka saling terlihat murung, tidak bersemangat, lebih
senang berada di dalam kelas ketika waktu istirahat. Sementara bagi anak-anak
yang lain, waktu tersebut merupakan waktu yang sangat menyenangkan, yang mereka
pergunakan untuk bermai bersama teman-temannya.
Akhir masa kanak-kanak disebut juga usia bermain, (Hurlock,
1991). Karena hal tersebut, maka permainan dapat dijadikan salah satu
alternatif metode belajar yang berfungsi untuk menstimulasi kemampuan
bersosialisasianak yang disertai praktek dalam bentuk perilaku.
Hurlock (1991) mengemukakan bahwa bermain adalah setiap
kegiatan yang dilakukan secara suka rela dan tidak terdapat pemaksaan atau
tekanan dari luar. Dengan bermain, anak akan dapat mengembangkan fisik, mental,
bahkan moralnya. Bermain kelompok adalah kehiatan bermain sosial yang ditandai
dengan adanya interaksi dengan orang lain disekeliling anak, sehingga anak
mampu terlibat dalam kerjasama delam bermain.
Dengan bermain, tidak hanya menguatkan otot dan
koordinasi otot membaik, tetapi juga membuat lebih enak tidur dan emosinya
tidak meledak-ledak setelah bermain. Bermain dapat mendorong imajinasi anak,
menambah daya ingat, dan kesempatan menalar. Oleh karena itu, bermain kelompok
dapat menjadikan anak mempunyai penyesuaian diri yang baik dalam kehidupannya,
karena seorang anak dapat belajar mengatasi maslah sehari-hari dari hasil
bermain tersebut.
b. Treatment
yang diberikan:
Bentuk-bentuk
bermain kelompok yang akan diberikan dalam penelitian ini meliputi “jaring
laba-laba”, “balonku”, “gentong bocor”, si buta rebutan”, dan
“kereta-keretaan”. Permainan “jaring laba-laba” bertujuan untuk membangun iklim
saling percaya antara fasilitator dengan peserta, membuat kontak belajar dengan
peserta serta memecah suasana kaku dan egang. Permaianan “balonku” bertujuan
untuk membuat anak akrab dengan anak yang lain, untuk membagi anak dalam
kelompok-kelompok dan membuat anak mau mendengarkan.
Permainan
“gentong bocor” bertuajuan untuk membuat anak akrab dengan anak yang lain,
membuat anak menjadi kenal dengan anak yang lain, mengajak anak bekerja secara
kelompok. Permainan “si buta rebutan” bertujuan untuk mambagi anak dalam
kelompok-kelompok, mengajak anak untuk berhati-hati serta mengajak anak untuk
percaya pada dirinya dan apa yang diputuskan olehnya. Sedangkan permainan
“kereta-keretaan” bertujuan untuk membuat anak dapat mengkomunikasikan hal-hal
yang menyangkut dirinya.
c. Upaya
lain yang dapat diberikan:
Upaya
lain yang dapat diberikan berupa obsrvasi secara langsung kepada kelompok
eksperimen selama diberikan perlatihan. Memilih dan mempersiapkan pelatih yang
memiliki kemampuan yang sesuai dengan criteria sebagai pelatih dalam bermain
kelompok. Memilih dan mempersiapkan fasilitator dan pengamat yang memiliki
skill. Mempersiapkan sarana prasarana yang diperlukan dalam pelatihan.
Judul alternative:
HUBUNGAN
ANTARA INTENSITAS BERMAIN DALAM KELOMPOK SEBAYA TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI
ANAK PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK
Perbedaan dengan penelitian
eksperimen ialah:
Pada penelitian eksperimen menggunakan metode
penelitian one group pre test dan post test design yaitu suatu metode yang
perbandingkan variable yang diukur pada saat sebelum perlakuan (pre test)
dengan sesudah perlakuan (post test). Pada penelitian eksperimen terdapat
pembagian kelompok subjek menjadai dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan diberikan
perlakuan berupa pelatihan bermain kelompok yang diatur oleh peneliti untuk
memenuhi tujuan penelitian, sedangkan kelompok control tidak diberikan
perlakuan dan hanya sebagai kelompok acuan.
Pada penelitian non eksperimen tidak terdapat
pemberian perlakuan yang dikendalikan oleh peneliti. Jika terdapat perlakuan,
dapat dipastikan perlakuan tersebut tidak dikendalikan oleh peneliti.
Penelitian lebih bersifat teoritis dan bertujuan untuk membahas kasus secara
lebih detail atau mendalam. Pengambilan data dapat berupa observasi, wawancara,
maupun angket. Peneliti merupakan alat utama penelitian. Pada contoh penelitian
alternative ini, penelitian lebih menitik beratkan pada hubungan yang terjadi
antara variable bebas dengan variable terikatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Herdiansyah, H. 2004. Pengaruh Permainan Kooperatif Terhadap Kemampuan
Bersosialisasi Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Falkutas Psikologi Universitas
Wangsa Manggala.
Hurlock, E. B.
1991. Perkembangan Anak Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Kusumaningrum, U. 2002. Pengaruh Bermain Kelompok Terhadap Peningkatan
Kepercayaan Diri Pada Anak TK. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Falkutas Psikologi Universitas
Wangsa Manggala.
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)