Headlines News :
Home » , » PENGARUH PELATIHAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA SISWA KELAS 1 DI SMA N 1 SEDAYU

PENGARUH PELATIHAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA SISWA KELAS 1 DI SMA N 1 SEDAYU

Written By Unknown on Wednesday, 11 December 2013 | 21:48





a.       Permasalahan:
Masa SMA merupakan masa awal menuju kedewasaan. Pada awal masuk sekolah merupakan saat penting bagi siswa untuk dapat bersosialisasi dengan teman-temannya untuk dapat memiliki teman dalam pergaulannya kedepan baik selama masih sekolah maupun untuk masa setelah lulus sekolah. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam bersosialisasi. Ada yang tanpa masalah dan ada yang memiliki masalah dalam bersosialisasi.
Selain disebut sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kepribadian yang khas, karater yang spesifik, unik dan memiliki kebebasan individual. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan keberadaan manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia harus melakukan proses sosialisasi, interaksi, dan komunikasi dengan manusia lain. Karena alasan tersebut, maka sosialisasi menjadi salah satu kebutuhan dan tuntutan sepanjang kehidupan manusia.
Elkin dan Handel (dalam Herdiyansah, 2004) menyatakan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses ketika seorang individu dapat mempelajari cara-cara tertentu yang diberikan oleh kelompok sosial sehingga dia akan diterima, berperan dan berfungsi didalamnya. Kelompok sosial yang diimaksud adalah suatu lingkungan yang terdiri dari beberapa orang walaupun dalam skala kecil seperti keluarga, dan tidak selalu lingkungan masyarakat dalam arti luas. Soekanto (dalam Herdiansyah, 2004) menyatakan bahwa sosialisasi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Tingkat permulaan dari proses sosialisasi manusia terjadi dilingkungan keluarga.
Pelatihan komunikasi antar pribadi diadakan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kualitas komunikasi antar pribadi remaja dengan teman sebaya maupun anggota masyarakat dan keluarga. Pelatihan tersebut memberikan motivasi pada remja untuk melihat dan menghadapi sumber-sumber yang terdapat dalam dirinya sehingga dapat keluar dari masalah yang dihadapi dengan menampilkan perilaku baru atau keterampilan baru.
Pelatihan adalah salah satu bentuk belajar. True love (dalam Nurani, 2006) menyatakan bahwa pelatihan adalah salah satu usaha untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan tugas tertentu. Poerdarminto (dalam Nurani, 2006) menyatakan bahwa platihan adalah pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan atau keterampilan. Sedangkan menurut Mentri Pekerjaan dan Tenaga Kerja Prancis (dalam Nurani, 2006) membatasi pelatihan sebagai suatu aktifitas yang; a) memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, b) memiliki metode pengarahan yang khusus, c) memiliki peserta yang khusus, d) memiliki rencana penerapan yang jelas, serta e) hasilnya dapat diukur.
Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu proses sosial dan individu yang terlibat saling mmpengaruhi. De Vito (dalam Nurani, 2006) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek-umpan balik yang langsung. Komunikasi antar pribadi tersebut dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan (Sunaryo dalam Nurani, 2006).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang ditandai adanya tindakan pengungkapan pesan oleh pihak terhadap pihak lain dan kemudian melakukan pengamatan kembali bahwa tindakan yang pertama sudah diterima oleh pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang mengisyaratkan terciptanya jalinan antar pribadi.


b.      Treatment yang diberikan:
Kelompok eksperiment diberi perlakuan berupa pelatihan komunikasi antar pribadi yang terdiri dari tujuh sesi. Sesi pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut:
                         i.       Sesi I berupa pembukaan yang terdiri dari perkenalan, penjelasan tujuan pelatihan, penjelasan prinsip-prinsip belajar orang dewasa, dan pemberian surat kontrak pelatihan. Pada sesi ini juga diberikan permainan sebagai ice breaker yang berguna untuk mencairkan suasana dan membuat lebih akrab antar sesama peserta maupun dengan pelatih dilanjutkan dengan materi pertama membuka diri
                       ii.       Sesi II berupa pemberian materi 2 yaitu mengenal diri sendiri dan membina hubungan dengan orang lain yang dilengkapi dengan permainan Johary windows. Materi tersebut bertujuan agar peserta pelatihan mampu menyatakan pendapat mengenai diri sendiri maupun orang lain, bersikap positif dalam menerima diri sendiri, dan memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain.
                     iii.       Sesi II berupa materi 3 yaitu memberi dan menerima dimana peserta pelatihan diharapan dapat memiliki keterampilan dalam mengungkapkan perasaan baik secara verbal maupun non verbal dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga mampu menyampaikan pesan secara efetif.
                     iv.       Sesi IV berupa materi 4 yaitu mendengarkan dan memberi tanggapan yang bertujuan agar peserta pelatihan memiliki keterampilan dalam mendengarkan dan memberi tanggapan dengan penuh pemahaman dalam berkomunikasi dengan orang lain.
                       v.       Sesi V berupa materi 5 yaitu studi kasus dimana peserta diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dalam berkomunikasi antar pribadi, memiliki kecakapan dalam memecahkan masalah dan mampu melihat sudut pandang peserta lain dalam memecahkan permasalahan.
                     vi.       Sesi VI berupa materi 6 yaitu bermain peran (role playing) yang merupakan permainan terarah untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai komunikasi antar pribadi berdasarkan pengalaman juga untuk melatih kemampuan bersosialisasi peserta.
                   vii.       Sesi VII berupa penutupan yang terdiri dari pembahasan dan diskusi dari hasil tiap sesi oleh peserta dan pelatih.
Pelatihan komunikasi antar pribadi tersebut dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut dengan lama waktu 60 menit pada tiap sesi. Metode yang digunakan dalam pelatihan berupa ceramah, diskusi, bermain peran (role playing), studi kasus dan permainan yang sesuai dengan modul pelatihan komunikasi antar pribadi. Kelompok control selama pelatihan berlangsung hanya diberikan brosur-brosur komunikasi antar pribadi dan tidak diberikan perlakuan apapun.

c.       Upaya lain yang dapat diberikan:
Upaya lain yang dapat diberikan berupa obsrvasi secara langsung kepada kelompok eksperimen selama diberikan perlatihan. Memilih dan mempersiapkan pelatih yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan criteria sebagai pelatih dalam pelatikan komunikasi antar pribadi. Memilih dan mempersiapkan fasilitator dan pengamat yang memiliki skill. Mempersiapkan sarana prasarana yang diperlukan dalam pelatihan.



1.      Judul alternative:
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA SISWA KELAS 1 DI SMA N 1 SEDAYU

Perbedaan dengan penelitian eksperimen ialah:
Pada penelitian eksperimen menggunakan metode penelitian one group pre test dan post test design yaitu suatu metode yang perbandingkan variable yang diukur pada saat sebelum perlakuan (pre test) dengan sesudah perlakuan (post test). Pada penelitian eksperimen terdapat pembagian kelompok subjek menjadai dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan diberikan perlakuan berupa pelatihan komunikasi antar pribadi yang diatur oleh peneliti untuk memenuhi tujuan penelitian, sedangkan kelompok control tidak diberikan perlakuan dan hanya sebagai kelompok acuan.
Pada penelitian non eksperimen tidak terdapat pemberian perlakuan yang dikendalikan oleh peneliti. Jika terdapat perlakuan, dapat dipastikan perlakuan tersebut tidak dikendalikan oleh peneliti. Penelitian lebih bersifat teoritis dan bertujuan untuk membahas kasus secara lebih detail atau mendalam. Pengambilan data dapat berupa observasi, wawancara, maupun angket. Peneliti merupakan alat utama penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Herdiansyah, H. 2004. Pengaruh Permainan Kooperatif Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Falkutas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.

Nurani, H. 2006. Pengaruh Pelatihan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Asertivitas Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Falkutas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.
Share this post :

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan anda. Jika Anda COPAS Tolong cantumkan Link Sumber. Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan berkomentar :)

 
Support : Jadwal Training 2016 | Informasi Training dan Seminar Indonesia | Mas Template
Copyright © 2011. WWW.SINTANG.COM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger